OTODRIVER - Dalam mengupayakan Indonesia mencapai Net Zero Emmision pada tahun 2060 mendatang, tentunya sektor transportasi ditekan untuk elektrifikasinya.
Agar lebih cepat, tentu tidak cukup hanya mengandalkan mobil listrik saja. Dan salah satu caranya adalah program konversi mobil.
Bob Azam selaku Vice President PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengatakan bahwa perlunya libatan konversi mobil lama yang telah beredar menjadi sebuah mobil listrik.
"Kita masih memikirkan bisnis modelnya, tapi saat ini begini. Sekarang ada 10 juta mobil yang beredar, lebih ya. Bisa 10 sampai 15 juta. Sekarang ada mobil baru tiap tahun masuk satu juta, kalau 2030 kita punya target penurunan emisi hanya mengandalkan mobil baru aja, ya susah tercapai. Jadi harus melibatkan mobil lama," jelas Bob ketika diwawancarai di Karawang, Jawa Barat, Senin (22/1)
"How to reduce emisi mobil lama? ini juga salah satu isu yang harus kita solve, nah ini yang dipelajari Toyota dengan konversi. Bahkan kita juga sudah melakukan konversi Euro2 menjadi Euro4 untuk memperbaiki kualitas," tambahnya.
Tak hanya sekadar konversi mobil konvensional menjadi mobil listrik, Toyota juga telah berupaya untuk melakukan konversi dalam bentuk lainnya, seperti flexy engine dengan berbahan bakar berbasis etanol.
"Terus juga kalau Zenix yang kita pelajari flexy engine, bagaimana nanti dia bisa menggunakan etanol. Hybrid dan etanol itu kan emisinya sudah sama dengan BEV," lengkap Bob.
Dan menurut Bob, masih banyak energi alternatif lain yang bisa dimanfaatkan untuk menciptakan etanol tersebut.
"Ke depan kita juga melihat selain BEV nikel, biomassa itu juga merupakan suatu alternatif energi kita ke depan. Karena masing-masing wilayah itu kan punya typically sumber energi sendiri. Misalnya di Sumatera punya sawit, cangkang sawit bisa dikonversi etanol. Kemudian kita juga punya molasses yang ada di Jawa, yang dari pabrik gula. Itu juga bisa dikonversi dari etanol," tutup Bob. (AW).