OTODRIVER - Walau pun mobil listrik saat ini diarahkan jadi mobil ramah lingkungan masa depan, namun tetap saja daya tarik mesin bakar masih tetap besar. Orang belum benar-benar siap kehilangan rasa dan sensasi mesin pembakaran internal yang telah mengendap kurang lebih sepuluh dekade.
Alternatif bahan bakar hidrogen dan juga bahan bakar sintetik banyak disinggung sebagai pendekatan masa depan akan mobil ramah lingkungan yang tidak kehilangan rasa berkendara dan sensasi klasik.
Toyota dikabarkan tengah gencar mengembangkan mesin-mesin bakar baru, yang salah satunya adalah mesin berbahan bakar hidrogen.
Nampaknya pabrikan Jepang itu tidak sendirian di jalan sunyi. Seperti dilansir motor1, Desember lalu AVL Racetech mengenalkan mesin empat silinder 2.0 liter turbocharged. Mesin ini menenggak hidrogen untuk memilin kinerjanya.
Dikabarkan bahwa belum lama ini fasilitas AVL Racetech di Austria tengah menjalani uji dyno. Cukup memberi gambaran bahwa mesin tersebut terdengar seperti mesin kecil dengan output besar. Tercatat bahwa mesin ini mampu menyodorkan daya 405 hp/6.500 rpm dan torsi 508 Nm/4.000 rpm.
“Hidrogen adalah molekul yang sangat reaktif,” kata Paul Kapus, manajer kendaraan konsep di AVL Racetech. Kapus menjelaskan bahwa hidrogen bisa terbakar di berbagai tempat lebih mudah. Karenanya ia mengatakan bahwa ada resiko terjadi menyala lebih awal.
Senior Development Engineer Nilton Dinaz menjelaskan lebih lanjut tantangan yang dihadapi Perusahaan itu. “Hidrogen adalah bahan bakar yang sangat aneh. Ia perlu mengatur proses pembakarannya karena ia terbakar dengan sangat cepat. Itu sebabnya kami melakukan pendekatan dengan injeksi air.”
Tekanan tinggi adalah fakta pada mesin hidrogen. Intake manifold dan rel bahan bakar dirancang khusus untuk menggunakan bahan bakar tersebut, dan jangan lupa, ini adalah bahan bakar yang sangat kering dibandingkan BBM fosil yang berbentuk cair.
Injektor bahan bakar memerlukan pelumasan, dan bahkan ada turbocharger khusus hidrogen yang punya desain khusus. Tekanannya sangat tinggi, sehingga konstruksi dasar mesin perlu menangani tekanan tersebut.
Dengan demikian, sekali lagi, masih ada celah untuk mesin bakar untuk eksis di masa depan. (SS)