Dalam dua dekade terakhir dunia otomotif, khususnya transportasi massal, sedang mengalami evolusi besar. Mulai dari desain yang lebih sederhana, proses produksi yang makin singkat, komponen elektronik yang naik drastis, sampai pemakaian energi listrik menggeser bahan bakar fosil.
Hal ini juga disampaikan oleh McKinsey di awal April ini. Lembaga riset yang bermarkas di Atlanta, Amerika Serikat dan berdiri sejak tahun 1926 ini memuat proyeksi bahwa dalam beberapa dekade ke depan akan menjadi kendaraan pribadi tidaklah dominan di jalanan.
Saat ini secara global, dominasi kendaraan pribadi di jalanan sekitar 45 persen. Penelitian yang dilakukan di 150 kota di seluruh dunia itu memberikan data bahwa telah terjadi penurunan keberadaan mobil pribadi di jalanan.
Lewat matriks Percentage of Passenger Miles Traveled (PMT) ditengarai akan terjadi penurunan populasi kendaraan pribadi di jalanan raya sampai 15 persen sampai tahun 2035.
Penyebabnya tak lain kehadiran beragam kendaraan alternatif yang beraneka ragam. Sebut saja, bus atau kereta komuter tanpa pengemudia, sampai taksi udara. Menurut McKensey, perputaran bisnis di kendaraan umum inovatis maupun transportasi massal mencapai 440 miliar dolar AS sampai tahun 2030.
Baca juga : 12.000 Unit Bus Listrik Hadir di Nigeria
Besaran bisnis itu belum termasuk perkembangan “shared mobility” yang makin berkembag di banyak kota besar saat ini.
Oleh karena itu secara eksplisit McKensey menyebut bahwa transportasi masa depan nyata digantungkan pada keberadaan moda angkutan massal. Dan mengambil contoh di wilayah Eropa, saat ini sudah ada peningkatan standar angkutan massal dei berbagai segi secara drastis.
Begitu pula di Tiongkok, sampai tahun 2035 ditargetkan ada dominasi moda angkutan massal sampai 48 persen dari total kendaraan.
Baca juga : Munich Siap Bus Kota Tanpa Sopir
#bus-truk-busindonesia-trukindonesia-safetydriving-defensivedriving-indonesia