OTODRIVER - Pemerintah tengah mempertimbangkan untuk memberi tambahan insentif bagi mobil hybrid atau hybrid electric vehicle (HEV).
Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE), Kemenperin Taufiek Bawazier di mana mobil hybrid mampu mengurangi emisi karbon hingga 49 persen.
"Sebetulnya kami sudah inisiasi, analisis ke depan sampai 2060 itu adalah carbon reduction artinya yang diukur adalah sampai berapa besar industri atau manufaktur menghasilkan suatu produk yang mampu menurunkan emisi karbon,” katan Taufiek di Jakarta, Selasa (8/8) dikutip dari Antara.
Ia juga menambahkan mobil hybrid bisa diberikan insentif. Namun, bentuknya belum dirumuskan. "Untuk bisa menerapkan pemberian insentif bagi mobil hybrid, pemerintah perlu melakukan semacam survei untuk mendata setiap produk untuk kemudian menentukan ambang batas rata-rata yang bisa digunakan sebagai acuan penurunan emisi," papar Taufiek.
Mobil hybrid sendiri lebih cocok digunakan di era transisi menuju netralitas karbon pada 2060. Perlu diketahui, di mana saat ini harga mobil listrik masih tinggi.
Merujuk data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), mobil hybrid mencapai penjualan 17.305 unit di semester I/2023. Sedangkan mobil listrik tercatat hingga Juni mencapai 5.849 unit.
"Menuju net zero emission tidak semata hanya menggunakan EV. Untuk EV pun ada tahapan, pilihan yang disediakan mulai dari HEV, PHEV hingga BEV dan alternatif lain seperti fuel cell electric vehicle," ujar Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara. (GIN)