Kehadiran Toyota Kijang Innova Zenix merupakan sebuah lompatan besar dalam keluarga besar Kijang. Sebuah MPV klasik tenar pun harus rela kehilangan ciri khas resepnya sebagai sebuah MPV klasik berpengerak roda belakang dan juga berdiri di atas sebuah sasis tangga.
Tak ada yang bisa menepis bahwa reputasi Innova salah satunya berasal dari resep rancang bangun itu.
Kehadiran Zenix merupakan pertaruhan besar bagi Toyota.
Lalu apakah Zenix dapat menggantikan peran yang telah dimainkan dengan ciamik oleh Kijang Innova versi sebelumnya?
Dalam test perjalanan panjang dari Jakarta menuju Semarang dan kemudian Yogyakarta, akan dapat diambil kesimpulan mengenai seperti apakah Zenix.
Pada kesempatan ini Soni Riharto, salah satu awak OtoDriver berkesempatan untuk mencoba tipe Q hybrid dari Jakarta hingga Semarang dan model V non hybrid dari Semarang hingga Yogyakarta.
Secara keseluruhan Zenix dapat disimpulkan sebagai mobil yang enak dikendarai. Mobil ini mampu menghadirkan pengendaraan yang cukup lembut dan cukup baik di kecepatan rendah maupun tinggi.
Boleh kami katakan rasa berkendara Zenix telah melampaui apa yang pernah dipersembahkan oleh sebuah Innova Reborn.
Perubahan struktur sasis dari body on frame menjadi monokok mampu memberikan feel berkendara yang lebih presisi dan lebih lembut. Body roll jauh lebih minim, guncangan saat berada di jalanan bumpy dengan cukup baik dan lebih smooth dibandingkan Innova sasis tangga.
Transformasi ini nampaknya juga membawa Zenix sebagai mobil dengan posisi duduk yang lebih ideal dan nyaman dibandingkan pendahulunya. Ditambah lagi putaran lingkar kemudi dirasa lebih enteng dan hal ini cukup menjadi point penting terutama saat berkendara di kecepatan rendah di jalanan yang relatif ramai.
Secara keseluruhan, mobil ini lebih nyaman dan tidak melelahkan saat digeber untuk perjalanan jauh.
Lalu apakah supremasi Innova diesel bisa digantikan dengan kehadiran versi hybrid?
Dari sisi performance, sangat beda karakternya. Diesel lebih berasa nyentak torsinya walau lebih kecil angka torsinya.
Walau pun sudah dibekali dengan teknologi hybrid, namun tetap saja tidak seagresif Innova Diesel. Bisa saja ini mungkin karena pengaruh karakter girboks CVTnya yang sangat smooth dan hal ini berasa saat di tanjakan.
Namun semua itu balik lagi ke pengemudinya. Apabila sudah paham karakternya, Zenix Hybrid dapat menandingi atau bahkan lebih dari Innova Diesel.
Hal serupa pun didapati pada versi non hybridnya apabila dihadapkan rivalkan dengan Innova tempo dulu yang bermesin bensin.
Kesimpulan kami, mengendarai Zenix adalah mengendarai mahluk yang sama sekali beda dengan pendahulunya. Boleh dikata bahwa sudah hilang rasa Innovanya dan lebih berasa mengendarai sebuah Voxy, namun lebih sporty. Bisa juga dikatakan bahwa Zenix merupakan sebuah Voxy dengan baju Innova.