Saat ini produsen mobil listrik asal China berinvestasi besar-besaran demi meraih pasar otomotif di Negara ASEAN, dengan mengincar segmen menengah ke bawah, atau berada dikisaran harga Rp500 juta ke bawah. Hal itu membuat sejumlah mobil listrik China berdatangan.
Lantas, kenapa pabrikan mobil listrik China begitu tertarik dengan konsumen di ASEN?. China adalah pasar EV terbesar di dunia, dengan penjualan diperkirakan mencapai 6 juta unit tahun ini, lebih dari dua kali lipat tahun lalu sebanyak 2,99 juta mobil.
Tetapi ini adalah pasar yang kejam, karena banyak pesaing yang telah menginvestasikan puluhan miliar dolar untuk mengembangkan, merancang, dan merakit mobil listrik.
“EV buatan China terjangkau bagi pelanggan di negara-negara Asia Tenggara, dan pembuat EV China hanya memiliki sedikit pesaing di ASEAN. Terbukti beberapa model mudah dijual,” kata Phate Zhang, pendiri situs berita EV CnEVpost dikutip dari scmp.com, Jumat (18/11).
Hal ini terbukti dari penjulan mobil listrik asal China Wuling Air EV, yang mendapat sambutan yang baik dari masyarakat Indonesia sejak diluncurkan secara resmi di GIIAS 2022. Penjualan Wuling Air ev yang sudah menyentuh angka ribuan unit, hanya dalam kurun waktu satu bulan.
"Wuling Air ev penjualannya sudah di atas 3.000 unit. Pemesanannya sampai saat ini bertambah terus," ucap Dian Asmahani, Brand and Marketing Director Wuling Motors, Rabu (29/9).
Jarang adanya pesaing dan mereka bisa menjual mobil listrik dengan harga kisaran 100.000-200.00 yuan atau kalau dirupiahkan di kisaran Rp 200-400 jutaan.
"Pasar otomotif di ASEAN memang belum sepenuhnya beralih ke kendaraan listrik. Namun potensinya akan sangat besar karena minat masyarakat menggunakan mobil listrik bertenaga baterai juga sudah mulai terlihat," kata seorang insinyur pembuat suku cadang mobil ZF TRW di Shanghai bernama Peter Chen.