Mundurnya pasukan AS dari Afghanistan meninggalkan puluhan ribu kendaraan perang ataupun supportnya. Setidaknya terdapat 43.000 unit Ford Ranger, 22.000 unit Humvee dan 900 MRAP (Mine-Resistant Ambush Protected) atau kendaraan lapis baja anti ranjau) ditinggalkan dan jatuh ke resim Taliban.
Namun ternyata, sebelum mendapatkan ‘warisan’ AS itu kelompok bersenjata yang kini dipimpin Hibatullah Akhundzada telah berakrab-akrab dengan produk Toyota, Land Cruiser dan Hilux. Bahkan kedua jenis mobil tersebut sudah dikenal sejak era 80-an sebagai pengganti kendaraan perang yang cukup efektif.
Hilux dan Land Cruiser bukan jadi monopoli Taliban belaka. Kendaraan ini cukup sohor digunakan dalam berbagai kancah peperangan khususnya di kawasan benua Afrika hingga Asia Tengah. Tak jarang mobil-mobil ini diibaratkan bagai senjata AK-47 yang tak terlalu akurat namun tidak rewel, dapat dihandalkan serta mudah didapatkan.
Bahkan ada perang yang dilabeli sebagai Toyota War atau Perang Toyota. Perang ini tak lain merupakan perseteruan sengit antara Chad dan Libya pada era 80. Kedua pihak banyak menggunakan Hilux dan Land Cruiser sebagai kendaraan perang di lini depan hingga penarik pesawat terbang.
Selanjutnya ‘keakraban’ berlanjut ke medan laga lainnya termasuk peperangan mulai Anggola, pergolakan di Somalia hingga digunakan oleh Al-Qaeda hingga ISIS.
Bahkan pemerintah AS pernah melayangkan pertanyaan, kenapa ISIS mengendarai Toyota dalam skala besar? Dijelaskan oleh nymag.com bahwa kendaraan seperti ini relatif mudah didapati daerah seperti itu karena memang merupakan kendaraan sehari-hari bagi daerah yang relatif minim support.
Uniknya untuk alasan yang sama, kendaraan ini pun banyak digunakan oleh badan dunia seperti PBB atau badan sosial lainnya. Salah satu pemasok terbesar untuk badan dunia ini adalah Toyota Gibraltar Stockholding yang secara umum memasok Land Cruiser. Prado dan Hilux. Varian yang dijajakan umumnya merupakan varian entry level yang minim perangkat elektronik dan menggunakan mesin spek rendah.
Lebih jauh lagi, SUV dan pikap Toyota ini sudah menjadi bagian dari kehidupan di daerah itu sejak 70-an, sehingga orang relatif mengenalnya ‘luar-dalam’. Dengan demikian, mekanik lokal lebih mudah mengakali mobil ini supaya tetap dapat digunakan dalam kondisi terburuk sekalipun.
Selain itu dealer Toyota memang hidup subur di tempat konflik maupun di negara sekitar daerah konflik.
Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa pikap dan SUV sipil ini lebih masuk akal digunakan dibandingkan kendaraan yang khusus dibuat untuk militer. Selain lebih mudah didapatkan, mobil-mobil seperti ini punya teknologi yang cukup umum dan tidak se-spesifik kendaraan militer.