Jujur saja kami sedih begitu PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) bulan ini mengumumkan untuk menghentikan penjualan dan pengembangan Panther di dunia, khususnya Indonesia. Di sisi lain, kami tidak kaget.
Karena jelas, sudah sejak lama pihak prinsipal Isuzu di Jepang terlihat enggan memberi penyegaran pada Panther. Kondisinya jadi hidup segan, mati tak mau.
Sebagai contoh di edisi yang terakhir. Meski dijual dengan banderol yang nyaris sama dengan Toyota Kijang Innova diesel, namun secara fitur, Panther ketinggalan 10 tahun.
Jangan harap ada lampu LED dengan DRL atau proyektor yang futuristik atau AC otomatis seperti di Innova. Lha untuk headunit saja masih model single DIN.
Sehingga boleh dibilang, pengguna Panther adalah konsumen yang mencari 'kenikmatan dalam kesederhanaan'. Dan kami sebagai pengguna Panther Touring keluaran 2002 mengakuinya.
Bukan fitur canggih yang dicari, tapi ketangguhan, kemudahan perawatan dan efisiensinya. Seperti saat memberi bantuan banjir ke wilayah Jatiasih, Bekasi tahun lalu, banyaknya material banjir tak mengganggu atau merusak mobil kami.
Lalu bagaimana perjalanan mobil ini sehingga begitu digemari oleh 433.117 penggemarnya selama 30 tahun perjalanannya? Berikut sejarah singkatnya.
Dijelaskan oleh Isuzu Indonesia, sejarah Panther di Indonesia dimulai lewat Generasi 1 pada tahun 1991 silam. Saat itu Panther hadir sebagai penantang 'hewan' lain di Indonesia. Sebut saja Kijang hingga Zebra.
Modalnya, mesin diesel C223 2.300 cc OHV bertenaga 60 ps per 4.300 rpm. Ada tipe Standard, Deluxe, Grand Deluxe, Royal Hi-GLX dan Hi Grade sebagai versi pabrikan. Di luar itu, model dari karoseri pun berseliweran. Seperti Miyabi hingga Bravo.
Generasi ke 2 hadir di tahun 1996. Mesinnya di-upgrade dengan versi 4JA1 bervolume 2.500 cc direct injection. Tenaganya terdongkrak jadi 80 ps. Tipe yang ditawarkan Grand Royal, New Royal, Royal, Hi–Grade, New Hi–Grade, Hi–Sporty, Deluxe dan Standart.
Catatan impresifnya ditandai dengan momentum Laga Pantura 1 dengan hasil 1 liter untuk 31 kilometer. Di tahun 1997 Isuzu Panther mulai ekspor CKD ke Filipina dan Taiwan.
Generasi ke 3 Panther hadir di tahun 2000. Upgrade kembali dilakukan pada sektor mesin. Di mana versi tersebut mulai menggunakan turbo diesel serta adanya transmisi otomatik. Mulai di versi ini, tak ada lagi model yang dijual dari garapan karoseri lokal.
Tahun 2002 Laga Pantura II dengan hasil 1 liter untuk 33,87 Kilometer. Setahun kemudian, Isuzu Panther melakukan ekspor CKD ke India. Tahun 2003 dilaksanakan Laga wisata Jakarta yang diikuti sebanyak 863 unit Panther. Model ini juga dijual dalam versi Chevrolet Tavera di Indonesia.
Hanya lima tahun, generasi keempat Panther meluncur di Indonesia, tepatnya di tahun 2005. Perbedaan hanya ada di sektor tampang saja. Variannya LS Turbo, LS Hi – Grade, Grand Touring, Touring, Adventure, LV, LV FF, Smart dan Smart FF.
Di tahun yang sama Isuzu Panther melakukan ekspor CKD ke Vietnam. Sayangnya, generasi inilah yang jadi penutup seluruh seri Panther di Indonesia. Karena selepas model tersebut, Isuzu hanya sebatas melakukan facelift pada Panther.
Semisal tahun 2009 terdapat facelift pertama. Lalu di tahun 2013 dilakukan facelift ke-2. Bahkan di bulan Desember Tahun 2020 Panther memasuki masa akhir produksi dan penjualan.
Isuzu Indonesia mengaku tak lagi memiliki penerus Panther. Bahkan D-Max atau MU-X yang lebih modern diklaim bukan lagi sebagai penerus produk legendaris tersebut.
"Pangsa pasar Isuzu D-Max dan Isuzu MU-X berbeda dengan Isuzu Panther, dari sisi persaingan pada jaman Isuzu Panther tentu saja berbeda. Akan tetapi kami akan terus membawa DNA Isuzu Panther pada semua produk kami, sebagai kendaraan yang tangguh dan efisien bahan bakar," urai Presiden Direktur PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI), Jap Ernando Demily.
#isuzu #isuzu-indonesia #isuzu-panther #panther #isuzu-astra-motor-indonesia #isuzu-panther-pamit