Jepang boleh jadi negeri produsen mobil paling berpengaruh di muka bumi, namun pada kenyataannya ‘saudara tua’ kita ini termasuk sulit untuk menerima kehadiran mobil listrik.
Jika dibandingkan komposisi antara mobil listrik dan mobil konvesional terdapat gap yang cukup besar antara keduanya. Berbagai pihak mengatakan bahwa harga mobil listrik yang terlalu tinggi yang membuat orang Jepang enggan mengubah seleranya dari mobil konvensional ke listrik.
Namun bisa saja hal ini akan bergeser jika harga mobil EV lebih bersahabat. Salah satu upaya ditempuh oleh Nissan dan Mitsubishi untuk membuat mobil micro EV dengan harga kurang dari 2 juta Yen atau sekitar Rp 264 jutaan.
Seperti dilansir TheDriven, mobil tersebut dirancang sebagai mobil perkotaan dengan jarak tempuh pendek sekitar 200 km. Sehingga penggunaan baterai berjangkauan rendah untuk menekan harga jual dapat dilakukan.
Tapi bisa saja banderol mobil tersebut bisa berkurang hingga menjadi 1 jutaan yen atau sekitar Rp 132, jutaan khususnya untuk kota seperti Tokyo. Hal ini disebabkan pemerintah kota Tokyo telah menaikkan subsidi pembelian mobil listrik mini dari 300.000 yen (sekitar Rp 37 juta ) menjadi 450.000 yen (sekitar Rp 60 jutaan) pada tahun fiskal 2021/2022.
Jika demikian maka potensi pasar mobil EV mini ini cukup menjanjikan dan setidaknya bisa terserap pada segmen Kei-car yang menjadi terkenal sebagai mobil jarak pendek di Jepang.