Suzuki memang belum memperkenalkan mobil listriknya di Indonesia, bahkan jika diperhatikan produsen asal Jepang ini terkesan lambat untuk menghadirkan mobil-mobil ramah lingkungan untuk masa depan.
Meski begitu bukan Suzuki hanya tinggal diam. Pasalnya di India, ada kabar bahwa mereka sedang memikirkan penggunaan tenaga hidrogen untuk mobilitas. Hal ini, sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor lithium. Demikian disampaikan oleh Ketua Maruti Suzuki, Bhargava, seperti dilansir dari Reuters.
Permintaan lithium untuk baterai saat ini tengah melonjak, karena pemerintah di seluruh dunia mendorong pembuat mobil untuk memenuhi target ketat mengurangi emisi karbon. Bersamaan dengan itu juga terkait kebijakan yang menghapuskan mesin pembakaran internal (ICE) secara bertahap.
Namun, di India, adopsi kendaraan listrik oleh para produsen mobil berjalan lambat. Pasalnya, biaya baterai masih tinggi serta infrastruktur pengisian daya yang tidak memadai. Selain itu, India juga tidak memiliki cadangan lithium yang mayoritas dikuasai oleh Tiongkok secara global.
Hal ini membuat kendaraan listrik sulit dijual di Negeri Bollywood, terlebih lagi pendapatan per kapita masyarakat sekitar US$2.000 atau sekitar 5 persen dari pendapatan di Eropa dan Jepang, serta 95 persen mobil yang dijual dengan harga di bawah US$20 ribu.
"Kita perlu menyadari, bahwa strategi kita untuk bergerak menuju emisi nol harus konsisten dengan kondisi ekonomi dan infrastruktur yang berlaku di negara ini," ujar Bhargava.
Lain India, lain pula Indonesia, mengenai trend mobil listrik Indonesia sangat diuntungkan dengan kekayaan alam berupa bahan baku material baterai lithium. Beberapa pabrikan baterai sudah menyampaikan komitmennya untuk membuat produk di Indonesia dengan bahan baku yang tersedia di tanah air.
Dengan melihat kondisi India saat ini, merupakan peluang besar bagi Indonesia bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi salah satu negara yang punya pengaruh besar dalam perkembangan mobil listrik dunia.