Setelah kasus Carlos Ghosn menyeruak ke permukaan, kini Nissan justru dikabarkan segera melepaskan diri dari aliansinya bersama Renault.
Seperti dilansir Bloomberg, Selasa (14/1). Pimpinan eksekutif Nissan Motor tengah menimbang keuntungan dan kerugian jika bertahan dalam satu aliansi bersama Renault, kata sumber tersebut.
"Pertimbangan itu dilakukan sebelum Ghosn meninggalkan (kabur dari) Jepang, tapi belum ada keputusan yang dibuat," ucapnya.
Meski demikian, Renault yang menjadi pemegang saham terbesar Nissan kabarnya masih berupaya menjaga aliansi tersebut. Namun rapuhnya hubungan Renault dan Nissan tidak dapat ditutup-tutupi, terutama setelah pemimpin mereka Carlos Ghosn tersandung masalah hukum di Jepang atas tuduhan pelanggaran keuangan.
Sejak Ghosn lengser, Renault dan Nissan harus berjuang secara finansial dan harga saham mereka tidak stabil hingga jatuh jika dibandingkan pemain otomotif lainnya.
Hubungan antara kedua perusahaan "rusak dan kemungkinan jauh dari titik perbaikan", kata analis keuangan Evercore ISI, Arndt Ellinghorst.
Dewan aliansi Renault-Nissan akan bertemu pada 30 Januari. Pertemuan itu bisa saja membahas aliansi atau pengumuman proyek bersama, menurut sumber lain yang akrab dengan masalah tersebut.
Menanggapi gosip yang tengah beredar di global ini, Nissan dengan tegas membantah klaim tersebut dalam sebuah pernyataan. “Nissan sama sekali tidak mempertimbangkan untuk membubarkan aliansi. Aliansi adalah sumber daya saing Nissan,” demikian isi pernyataan perusahaan, seraya menambahkan bahwa pihaknya akan terus memberikan hasil terbaik bagi semua perusahaan anggota.