Setelah menghentikan bisnis jual belinya di Indonesia serta menjual seluruh pabrik produksinya di Thailand, General Motors bakal menghentikan aktivitasnya di Australia dan Selandia Baru. Tentu termasuk kegiatan sales alias penjualan. Dikutip dari Reuters.com (17/2), langkah ini diambil untuk mempercepat GM mundur dari pasar yang dinilai sudah tidak dapat 'diselamatkan' lagi.
Penutupan jaringan penjualan dan produksi ini membuat GM menelan kerugian sebesar USD 1,1 miliar. Secara tidak langsung kini GM hanya bergantung pada penjualan mobil di AS, Cina, dan Amerika Latin.
Keputusan ini diambil setelah GM mengatakan bahwa akan mengatur ulang struktur operasionalnya di luar Cina untuk menghasilkan margin profit sebesar USD 2 miliar. Tahun ini sendiri GM cukup pesimis dengan target penjualan melihat tahun 2019 yang anjlok.
"Fokus pada pasar di mana kami memiliki strategi yang tepat untuk mendorong pemasukan yang kuat dan memprioritaskan investasi global yang akan mendorong pertumbuhan d mobilitas masa depan," ujar Mary Barra selaku CEO GM dikutip dari Reuters.
Akibat krisis Chevrolet ini, sekitar 600 lapangan pekerjaan akan hilang di Australia dan Selandia Baru. Sedangkan di Thailand yang memiliki fasilitas produksi diperkirakan akan kehilangan 1.500 pekerja.