Di beberapa kota besar dunia, bus-bus listrik mulai banyak hadir sebagai andalan di dalam kota. Meski begitu, kebutuhan akan bus bermesin diesel, terutama sebagai armada antarkota belum tergantikan.
Dr. Hari Setiapraja, ST., M. Eng., Kepala Balai BT2MP BPPT menjelaskan jika kendaraan niaga listrik saat ini baru dapat mengakomodasi perjalanan dengan jarak relatif pendek.
"Ini karena mempertimbangkan beberapa aspek. Mulai karakter jarak tempuh, ukuran kendaraan, mau pun bahan bakar yang tersedia," katanya beberapa waktu lalu.
Hal ini yang membuat bus listrik masih visible untuk rute pendek, seperti bus kota. Namun jarak jauh sebaiknya tidak direkomendasikan untuk kendaraan listrik. Karena belum bisa diakomodasi kendaraan listrik untuk saat ini.
"Belum tahu ke depannya seperti apa. Mungkin nanti ada teknologi untuk kendaraan listrik terkait baterai dan sistem managemen energinya yang bisa jarak tempuh dan kapasitasnya bisa sesuai untuk kendaraan besar," urainya.
Meski begitu, ada sederet alternatif sumber penggerak ramah lingkungan yang bisa dipilih sebagai pengganti bus bermesin diesel untuk rute jarak jauh. Mulai dari bus FCEV atau Fuel Cell berbahan bakar hidrogen, bus BBG hingga hybrid diesel.