Maraknya mobil-mobil baru dari merek Tiongkok yang menyerbu Indonesia seolah menenggelamkan gema segmen LCGC. Toyota sebagai pemain LCGC menggunjing hal tersebut.
Menurut pantauan Fransiscus Soerjopranoto selaku Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM), pasar LCGC sedang mengalami penurunan. Menurutnya hal itu dikarenakan peran pemerintah yang kurang tanggap.
Sebab, ia mencium bahwa pajak untuk LCGC atau KBH2 (Kendaraan Bermotor Roda Empat yang Hemat Energi dan Harga Terjangkau) kabarnya akan dikenakan sampai 3 persen. Dengan demikian, ia pesimis jika ada pabrikan lain, terutama merek Tiongkok, untuk mau membuat LCGC.
"Coba cari datanya di 2018 kemaren, itu LCGC turun 10 ribuan dari 200 ribuan unit. 10 ribu, kalau marketnya 200 ribu berarti turunnya 5 persen. Padahal kita mengharapkan saat LCGC keluar itu market-nya naik terus. Bahkan LCGC kan digaungkan sebagai pendorong kenapa market otomotif jadi 1 juta unit," ujar pria yang akrab disapa Soerjo itu (15/4).
"Waktu LCGC dibuat, juga ada suara-suara negatif juga, 'kok yang dapat kesempatan membuat hanya Toyota, Daihatsu, Suzuki dan sebagainya?' Sebenarnya kesempatannya sama, yang mau buat silakan buat saja LCGC, tapi mereka tidak mau, karena itu tulang, bukan daging," sambung Soerjo.
Soerjo memprediksi bahwa jika taka ada lagi intensif dari pemerintah untuk LCGC maka APM bakal menyerbu Low MPV semua. "Mana ada yang mau membuat mobil LCGC baru. Kalau (merek) China mau bikin LCGC tapi kenapa China engga buat LCGC hayo? Kok nanggung China? China cuma bikin kenapa MPV Low, ataupun SUV lebih turun, Glory 560? Kenapa engga buat SUV yang LCGC?" herannya.
Ada pula yang menyebut bahwa minimnya kandungan lokal membuat pabrikan Tiongkok enggan membuat LCGC. Padalah sejumlah suplier yang sudah mensuplai entah itu ke Japanesse maker sah-sah saja menyuplai ke tempat yang lain, dalam hal ini pabrikan Tiongkok.