Di tengah persiapan menyambut era kendaraan listrik, kejadian padam listrik di sebagaian wilayah pulau Jawa, Minggu (8/5) sampai Senin kemarin, mungkin menimbulkan kekhawatiran. Premis sederhananya, kalau nanti moda transportasi menggunakan listrik sebagai sumber tenaga utamanya, apa jadinya kalau 'mati lampu massal' terulang di kemudian hari?
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, Harjanto coba menjawab ketakutan ini. "Jadi kalau kendaraan mobil listrik, pengertian awam di indonesia kan hanya Battery Electric Vehicle (BEV). Nah, buat kita mobil listrik itu adalah (semua) EV, mulai dari hybrid, plug- in hybrid, BEV sampai fuel cell," terangnya.
Dia lantas menambahkan kalau hasil dari studi yang dilakukan oleh enam perguruan tinggi di Indonesia sejauh ini, sebagai permulaan, kendaraan dengan kosep hybrid dirasa yang paling ideal. "Memang ketersediaan infrastruktur adalah salah satu pertimbangan mereka, termasuk affordability dari kendaraan itu sendiri," tambahnya.
Harjanto menyebut kalau efisiensi yang bisa dicapai oleh kendaraan hybrid bisa dibilang sangat sangat baik untuk tahap awal. "Jadi tidak hanya full baterai (BEV), tapi baterai yang di-combine dengan engine (hybrid), itu efisiensinya bisa mencapai 40 persen soal penggunaan energinya. Bayangkan kalau 1 liter bisa tempuh 40 kilometer."
Meski begitu hal ini tidak berarti kalau kendaraan listrik yang akan dibangun di Indonesia nantinya hanya berhenti di mobil hybrid. Oleh sebab itu Harjanto juga sempat menyinggung soal infrastruktur penting pendukung kendaraan listrik, yakni stasiun pengisian daya alias charging station.
Dia menjelaskan di banyak negara lain biaya cukup besar digelontorkan untuk membangun ekosistem bagi kendaraan listrik ini. Maka dari itu menurut dia, nantinya akan ada insentif bagi pihak yang hendak membangun charging station yang diatur dalam perpres kendaraan listrik.
"Melalui Perpres kan ada payung hukum untuk mendorong/merangsang industri untuk bangun charging station," tutup Harjanto.