Skill pengemudi truk di Indonesia tak perlu diragukan lagi, namun diintip dari sudut atitude dan habit cukup memprihatinkan. Demikian pendapat yang meluncur Kyatmaja Lookman, wakil Ketua Asosias Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), di sela acara TruckMagz School, di bilangan Kelapa Gading Jakarta Utara. (05/04). “Mereka bisa karena biasa dan sebagian besar merupakan eks Kenek yang naik kelas,” lanjut pria yang akrab disapa Kyat ini.
“Tentu kenyataan ini bukan suatu hal yang ideal dan faktanya 70% kecelakaan di jalan raya melibatkan truk dan 68% disebabkan oleh human error,” sahut Mustadjab Susilo Basuki, chairman Indonesia Trucking Association saat dijumpai pada kesempatan yang sama.
Mustadjab mengatakan bahwa sampai detik ini tidak ada badan yang benar-benar berwenang untuk mengeluarkan sertifikat uji kelayakan dan standarisasi bagi supir. “Biasanya supir mendapatkan sertifikasi dari tempat kerjanya saat ini. Namun standardisasi untuk proses sertifikasi ini belum ada di Indonesia,” lanjutnya.
“Jika ingin meningkatkan kualitas sopir, maka strandardisasi sertifikasi merupakan hal yang urgent dan harus segera dicari jalan keluar serta realisasinya,” ujar Mustadjab.