Tak hanya terjadi di Indonesia, tren penjualan kendaraan komersial di India juga merosot tajam. Setidaknya seperti tercermin di sepanjang bulan Desember 2016 lalu. Tren ini terjadi pada kendaraan komersial jenis medium duty dan heavy duty.
Mengutip data dari situs Autocarpro.in, kebijakan demonetasi di India sebenarnya sudah membuat penjualan kendaraan komersial ringan atau light commercial vehicle (LCV) turun hampir 10 persen selama November 2016. Penurunan juga terjadi di medium duty dan heavy duty.
Selama Desember 2016, di luar merk Ashok Leyland, semua brand kendaraan komersial India mengalami penurunan penjualan di semua segmen. Merk Mahindra & Mahindra membukukan penjualan positif secara umum karena masih ditopang produk small commercial vehicle, yakni kendaraan dengan tonase di bawah 3 ton dan di atas 3 ton.
Namun, untuk tipe heavy duty, penjualannya merosot. Tata Motors membukukan penurunan penjualan 17 persen sepanjang bulan November 2016. Di Desember, Tata Motors juga membukukan penurunan penjualan 9 persen secara year on year dengan volume penjualan 24.998 unit.
Pernyataan resmi Tata Motors menyebutkan, penurunan paling terasa terjadi di truk kargo long haul.
Namun, truk untuk sektor konstruksi masih membukukan pertumbuhan penjualan 22 persen karena meningkatnya aktivitas konstruksi jalan, serta membaiknya pasar kendaraan pengangkut komoditi batubara dan tambang.
Penjualan bus Tata Motors naik hingga 59 persen selama Desember 2016 karena naiknya pembelian bus baru oleh instansi pemerintah, dan pengusaha angkutan antarkota.
Penjualan Ashok Leyland 12 persen secara year on year dengan volume penjualan hanya 10.731 unit selama Desember 2016 (Desember 2015 merk ini mencatat penjualan 12,154 unit).
Penjualan truk medium duty dan heavy duty Ashok Leyland merosot 9 persen atau hanya menjual sebanyak 8.782 unit. Kemerosotan lebih dalam terjadi di segmen kendaraan komersial ringan sebesar 20 persen dengan volume penjualan hanya 1.949 unit (Desember 2015: 2,451 unit).
#kendaraan-komersial #india