Renault Kwid yang hadir di Inddonesia melalui skema CBU tak membuatnya punya harga selangit. Karena memang dirancang sebagai mobil terjangkau, saat ini ia dibanderol sekitar Rp 117 jutaan. Tapi, Renault Indonesia ternyata punya keingingan agar mobil non-LCGC-nya itu dirakit secara lokal alias CKD.
"Misalnya nih, tahun 2017 (Kwid) laku banget, 2018 makin laku lagi, nah itu secara hitungan ekonomi sudah bisa dijalankan CKD. Kita jalanin kenapa enggak?" ungkap Ario Soerjo, Sales and Marketing Division Head PT Auto Euro Indonesia pada OtoDriver (16/12).
Walau Ario tak menyebut jumlah minimum yang harus terjual agar bisa CKD, tapi dari target 1.000 unit Kwid di 2017 mungkin di 2018 harus di atas 1.000 unit agar bisa masuk jalur produksi dalam negeri. Sayangnya ia belum bisa memastikan jika kelak Kwid CKD akan dibanderol lebih murah.
"Semuanya tergantung kurs dan pajak dan lain-lain. Dan kita sudah mencanangkan dari awal, kita bukan jualan LCGC. Kita ada rencana produksi di Indonesia tapi yang pasti bukan LCGC," tukas Ario. Jika Kwid benar-benar akan dibuat di Indonesia, Renault akan bertumpu pada fasilitas pabrik milik Nissan Indonesia.
Jika volume produksi Kwid nantinya tergolong belum kolosal, Renault akan memanfaatkan fasilitas perakitan milik Indomobil yang juga memproduksi Duster di Pulogadung, Jakarta Timur. Tapi jika nantinya Kwid CKD akan diproduksi secara besar-besaran, pabrik Nissan di Cikampek, Jawa Barat akan jadi tumpuan.
Saat ini mobil mungil itu dikapalkan Renaukt Indonesia dari India. Di negara Hindustan itu sendiri Kwid memang jadi mobil ekonomis, sehingga saat mendarat di Indonesia ia punya harga yang sangat kompetitif untuk bertarung dengan LCGC Jepang.