Indonesia merupakan satu wilayah yang pertumbuhan penumpang kendaraan umumnya meningkat pesat. Setidaknya sepuluh tahun terakhir. Meskipun sempat tertahan akibat pandemi, namun masa-masa sesudahnya bisa disebut industri transportasi penumpang sangat bergairah.
Khusus untuk moda transportasi angkutan darat, khususnya bus, buat penumpang, dengan dibangunan berbagai infrastruktur jalan membuat mobilitas orang meningkat pesat. Baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Tentu ini membutuhkan ketersediaan jenis angkutan penumpang yang sesuai dengan beragam kebutuhan penumpang.
Di laman GIIReserach.com, firma riset yang berkantor di Amerika Serikat dan sejumlah negara di Asia, disebutkan bahwa secara umum, dari tahun 2018 hingga 2022, jumlah bus di seluruh Indonesia mengalami pertumbuhan 2 persen. Pada rilis berjudul "Indonesia Bus Industry Research Report 2023-2032" yang dilansir oleh China Research and Intellegence (Mei 2023) itu menyebutkan pada akhir tahun 2022 jumlah bus yang beroperasi aktif di Indonesia sebanyak 241 ribu unit.
Angka perkiraan tersebut secara nyata tidak berbeda jauh dari data laman korlantas.polri.go.id pada kuartal pertama 2023 (Februari) tercatat jumlah bus di Indonesia sebanyak 213.830 unit. Kemudian dari laman yang sama pada bulan Juni 2024 ternaggal 28 dimana populasi bus di seluruh Nusantara sebanyak 280.031 unit.
Bus jenis Double Decker bukan lagi lambang prestis sebuah PO tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan penumpang akan kenyaman maksimal
Perbaikan manajemen internal sampai mobil pribadi
Namun seiring gairah yang luar biasa di sektor transportasi darat dengan bus, baik yang berjadwal maupun yang non reguler ternyata juga ‘meminta’ korban. Ada beberapa operator yang secara resmi maupun informasi menyatakan mundur dari line yang mereka biasa layani. Baik secara penuh maupun parsial.
Ada dua nama yang jadi pembicaraan hangat di kalangan bismania selama semester pertama ini yaitu Mulyo Indah dan yang sedang viral adalah Sindoro Satria Mas. Alasan yang dikemukakan pihak manajemen kedua operator bus tersebut senada, yaitu pembenahan manajemen internal.
Kabin yang nyaman sudah menjadi kewajiban di sebuah bus, terutama untuk trayek AKAP
Kurnia Lesani Adnan, perusahaan Otobus harus terus menyesuaikan perkembangan penumpang
Ketua Bidang Angkutan Orang DPP Organda Kurnia Lesani Adnan saat dihubungi langsung pekan ini (28/6) menyebutkan sejumlah alasan beruntunnya sejumlah operator bus berjadwal menghentikan kegiatannya.
“Pamitnya operator p.o baru-baru ini karena ada perbaikan internal management, ini biasa terjadi pada perusahan manajemen keluarga,” ungkapnya.
Sejurus kemudian pria yang juga petinggi PO SAN Transport ini juga menyebutkan bahwa dinamikan kebutuhan konsumen memang bergerak terus. “(Sehingga) efek dari managemen yang tidak mengikuti pola dan era yang berlaku menyebabkan PO tersebut tertinggal atau ditinggalkan oleh penumpang,” begitu analisanya.
Saat ditanya apakah ada tren penurunan penumpang yang juga penyebab mundur sejulah operator bus dari jalurnya, pria yang juga akrab dipanggil Sani itu tidak sepenuhnya sependapat.
Disebutkannya lagi bahwa persaingan antar operator bukan satu-satunya tantangan bagi semua pebisnis transportasi angkutan penumpang saat ini. “Masyarakat banyak yang menggunakan kendaraan pribadi semenjak tersambungnya jalan tol Trans Jawa saat ini. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri untuk masing-masing manajemen (Perusahaan Otobus, Red) yang melayani masyarakat,” pungkasnya.
Baca juga: Ternyata Ini Maunya Penumpang Bus Double Decker…
Baca juga: Double Decker Full Sleeper Juragan 99 Trans, Pertama Di Indonesia
Baca juga: Perang Snack Antar PO Makin Menjadi
Snack bagi penumpang bis bukan lagi sekadar pelengkap