Meski harga minyak bumi masih naik turun, akhir-akhir ini cenderung turun, namun bukan berarti program elektrifikasi kendaraan bermotor jadi berhenti. Termasuk untuk pengadaan angkutan massal, karena banyak negara di dunia justru sedang agresif bikin program angkutan massal seperti bus dengan tenaga listrik.
Seperti yang dilakukan oleh pemerintah kota Dakar, Ibu Kota Senegal, yang melansir proyek “Bus Rapid Transit”. Di tahun 2025 proyek ini sudah harus berjalan melayani salah satu kota terpadat di benua Afrika itu.
Proyek ini merupakan hasil kolaborasi dari tiga unit usaha yang akan mendapatkan konsesi selama 15 tahun. Seluruh armada didatangkan dari pabrikan asal Tiongkok, CRRC, setiap bus punya baterai dengan kapasitas 563,8 kWh.
Potensi penurunan CO2 itu banyak diyakini bisa tercapai karena setiap unit bisa akan bisa melaju sampai sejauh 250 kilometer setiap harinya. Saat malam tiba seluruh armada akan diisi daya ulang. Dan sebagai sarana pendukung tambahan, setiap jarak 18 kilometer ada stasiun atau halte yang seluruhnya ditanagai oleh energi listrik dari sinar matahari.
Seluruh kegiatan operasional bus kota itu juga didukung oleh kampiun teknologi asal Jerman, CarMedialab, yang akan menyediakan seluruh fasilitas isi ulang daya listrik.