Sepintas, tak ada yang berbeda dengan bus milik PO SAN (Siliwangi Antar Nusa) berbodi Jetbus 3+ SHD dari karoseri Adi Putro ini. Tapi secara detail ternyata ada perubahan yang dilakukan untuk bus Scania K410IB ini.
Yaitu adanya penyesuaian pada titik-titik rangka bodi tersebut. Ini terkait jalur Sumatra yang dilalui bus SAN di mana belum semuanya tol. Sehingga ada perbedaan dengan bodi bus Adi Putro sebelumnya.
"Trek kami hilly (berbukit) dan sempit. Sehingga twisting di bodi sangat berpengaruh. Dengan itu, kami melakukan penyesuaian titik di rangka. Dengan harapan, semuanya bisa menambah daya tahan bodi lebih lama," urai Kurnia Lesani Adnan, Direktur Utama PT SAN Putra Sejahtera, selaku pemilik PO SAN.
Dengan pengalaman memiliki berbagai tipe bodi, maka di versi Jetbus 3+ SHD ini ada beberapa titik yang dianggap krusial turut diubah oleh SAN dan Adi Putro. Menariknya, tak hanya awet di jalur Sumatra, karena pihak SAN yang melayani jalur di Jawa juga mengatakan jika bodi ini juga didesain untuk awet saat melaju di tol.
"Memang lewat tol lebih nyaman dan cepat tapi ada satu hal jahat di tol yang nggak disadari, vibrasi yang konstan. Karena rambatan vibrasi berpengaruh di kenyamanan, itu yang kita redam. Handling lebih nyaman, beban distribusi getaran lebih rata. Kita evaluasi titik krusial. Disitu kita lakukan diskusi dengan Adi Putro," jelas Kurnia.
Untuk perubahan struktur bodi ini, pihak Adi Putro menyatakan tak ada ubahan harga dan waktu pengerjaan. "Perubahan pasti ada, tapi dari waktu pengerjaan dan bahan baku tidak ada yang berbeda. Berat dan harga jualnya sama semua," timpal David Jethrokusumo, Direktur Utama PT Adiputro Wirasejati (Karoseri Adi Putro).
Ini karena dalam pengerjaannya, bus ini tidak menambah material, hanya koreksi konstruksi yang dimodifikasi. "Tidak menambah bahan, atau ekstra effort," pungkas David.