Tidak hanya di Indonesia, beberapa negara ASEAN termasuk Thailand tengah menggenjot populasi mobil listrik demi meningkatkan kualitas udara dan mengurangi polusi di negara tersebut.
Salah satu cara yang ditempuh oleh Thailand ialah menyetujui insentif pajak untuk mempromosikan peralihan ke kendaraan listrik. Selain itu, strategi ini juga untuk menarik lebih banyak investasi untuk membantu meningkatkan ekonomi di Negeri Gajah Putih.
Sedangkan untuk mobil listrik dengan banderol yang lebih tinggi, antara 2 juta sampai 7 juta Baht akan diberikan keringanan bea masuk hingga 20 persen.
Pemerintah Thailand juga akan memotong cukai impor kendaraan listrik, dari 8 persen menjadi 2 persen. Dengan relaksasi ini, diharapkan dapat menambah 7.000 kendaraan listrik pada tahun pertama. Hal tersebut menurut Menteri Keuangan Thailand, Arkhom Termpittayapaistih, dalam konferensi pers.
Selain itu, hal lain yang juga disetujui adalah pemotongan tarif pajak penghasilan dari 35 persen menjadi 17 persen untuk profesional asing terampil di industri atau zona ekonomi yang ditargetkan.
Skema kendaraan listrik untuk 2022 hingga 2025 yang telah disetujui pekan lalu, sebagai bagian dari kebijakan kendaraan tanpa emisi dan tujuan untuk memastikan 30 persen dari total produksi mobil di Thailand, adalah kendaraan listrik pada 2030.
Sementara itu, produsen mobil yang memenuhi syarat juga akan menerima subsidi antara 70 ribu Baht sampai 150 ribu Baht untuk setiap kendaraan listrik.
"Hal ini untuk mendorong investasi dan lapangan kerja. Ini perlu, kalau tidak kami tidak akan bisa mengimbangi karena pabrikan mobil dan yang akan menyusul kami," tegas Arkhom.