OTODRIVER - Dalam media gathering yang digelar OLXMobbi beberapa waktu lalu, Director PT Tokobagus, Agung Iskandar mengatakan dalam satu bulan terdapat sekitar 120.000 unit listing mobil baru yang tersedia di OLXMobbi.
Namun hanya sekitar 1% atau sekitar 1.000 unit di antaranya merupakan mobil listrik. Padahal sama-sama kita ketahui saat ini populasi mobil listrik sangat banyak di tanah air. Terlebih pabrikan baru yang datang, rata-rata menjual produk EV.
“Penetrasinya mobil listrik bekas sudah ada, tapi proporsinya sedikit. Jumlah listing mobil listrik di OLXMobbi itu hanya 1%,” kata Iskandar.
Yudha menjelaskan dari banyaknya calon konsumen yang datang mereka masih berburu mobil berbahan bakar fosil atau konvensional daripada mobil bertenaga murni listrik.
"Dari banyaknya konsumen yang kita tanya, belum antusias untuk beli mobil listrik," kata Yudha di Jakarta.
Bahkan fakta lainnya, perusahaan balai lelang swasta JBA Indonesia mengungkap bahwa harga mobil listrik bekas yang menerima kategori disubsidi pemerintah saat barunya mengalami penurunan besar di pasar lelang mobil bekas.
Depresiasi mobil listrik subsidi seperti Wuling Air ev dikatakan bisa sampai 35 persen pada tahun pertama, ini jauh lebih besar ketimbang mobil konvensional yang dikatakan 20-25 persen.
"Untuk depresiasi mobil EV sebenarnya lebih tinggi dibandingkan mobil umum, bensin atau solar. Jadi kalau mobil biasanya sekitar 25 persen di tahun pertama, untuk EV bisa sampai 30-35 persen. Jadi ada saja yang beli, cuma harganya lebih rendah," ujar Willy Willim, Head Fleet and Auction JBA Indonesia beberapa waktu lalu.
Saat pertama kali dijual pada Agustus 2022, Wuling Air ev paling murah Rp 238 juta hingga Rp 295 juta. Namun konsumen bisa membelinya menggunakan subsidi dari pemerintah dengan diskon PPN sebesar 10 persen. Artinya untuk varian termahal dengan diskon hanya dibanderol Rp 250 juta.
Sementara itu nilai jual Air ev saat berstatus mobil bekas pada 2023 menjadi Rp 162,5 juta, itu setelah dikurangi depresiasi 35 persen menurut penilaian JBA Indonesia. Beberapa mengatakan mereka harus memperbaiki fitur yang sama lebih dari sekali. Namun, sebagian besar mengatakan mereka akan membeli kendaraan yang dilengkapi dengan teknologi tersebut lagi dan sebagian besar merasa puas dengan biaya yang harus dikeluarkan." lanjutnya.
Beberapa keraguan di masyarakat terhadap infrastruktur seperti charging station, dan umur pakai baterai masih menjadi hal yang membuat nilai jual kembali mobil listrik tidak bisa diharapkan. (AB)