Kaca depan atau windshield pada bus, memiliki porsi besar dari segi tampilan. Tak mengherankan, ketika bagian ini mendapat perhatian serius dari rancangan dari perusahaan karoseri. Ada yang memberi topi, ada juga yang membuat menjadi dua bagian, yang umumnya disebut double glass.
Sempat menjamur, dibuat oleh beberapa perusahaan karoseri, namun belakangan karoseri Laksana tidak mengedepankan lagi konsep double glass itu. Tetapi beralih ke single glass atau kaca penuh tanpa terbagi, sebagai windshieldnya.
Apa yang mendasari hal tersebut? “Kami menyebutnya panorama, seperti pada bus yang saat ini dipajang, SR2 Panorama,” terang Stefan Arman, Technical Director, Laksana.
“Kami mendapat masukan dari konsumen, kalau kaca double glass, menghalangi pandangan ke depan. Padahal pada rute kami yang banyak jalan berliku, pandangan yang luas menjadi salah satu yang mencegah penumpang pusing, mual,” jelas Lesani, yang juga Ketua Umum Ikatan Pengusahan Otobus Muda Indonesia (IPOMI).
Dari segi teknis, ketika terjadi kerusakan, untuk mengganti kaca single glass yang relatif besar, ternyata lebih murah dan waktu pengerjaannya lebih cepat. “Double glass, perbaikanya lebih lama dan biayanya lebih tinggi,” ungkap lelaki yang disapa Sani itu.
Itulah alasan lain mengapa single glass menjadi pilihan pada desain SR2 Panorama dari Karoseri Laksana.