Efek domino dari peperangan yang melanda Ukraina salah satunya menjadi pemicu terjadinya krisis energi, khususnya di Eropa. Dan ini pun akan segera menjadi momok baru bagi industri otomotif di benua biru itu.
Produksi mobil di Eropa bisa turun lebih kurang lebih 1 juta kendaraan per kuartal karena krisis energi yang sedang berlangsung.
S&P Global Mobility percaya bahwa produksi dapat mulai turun mulai akhir tahun ini dan berlanjut hingga 2023. Analis tersebut menyatakan bahwa kekurangan suku cadang dan kemacetan pasokan akan sangat membebani produsen mobil mulai November hingga musim semi 2023. Lebih lanjut lagi hal-hal dan yang lebih buruk bisa terjadi apabila krisis mulai masuk di bulan-bulan musim dingin.
Berdasarkan perkiraan jika biasanya pabrik mobil di Eropa mampu memproduksi antara 4 juta hingga 4,5 juta kendaraan per kuartal, maka akan anjlog menjadi sekitar 2,8 juta unit per kuartal.
"Tekanan pada rantai pasokan otomotif akan semakin kuat, terutama yang bergerak ke hulu dari manufaktur kendaraan," kata analis Edwin Pope kepada Auto News.
Pabrikan di Jerman dikatakan lebih kondusif lantaran rendahnya ketergantungan terhadap penggunaan gas. Namun tidak demikian dengan pabrikan yang berada di Spanyol, Italia, dan Belgia yang punya ketergantungan tinggi terhadap pasokan energi dari Rusia.
Kondisi di Eropa ini kemungkinan akan terasa di Indonesia dalam beberapa waktu ke depan, di mana mobil-mobil rakitan Eropa akan lebih panjang antreannya.