Porsche resmi mengganti nahkoda di Indonesia. Nama Michael Vetter resmi menjadi bos baru Porsche atau menjabat sebagai Managing Director Eurokars Artha Utama, perusahaan yang membawahi merek Porsche di tanah air.
Vetter sendiri punya pengalaman cukup lama dengan brand mobil asal Jerman. Prestasinya juga terus berkembang dan perjalanan kariernya banyak dihabiskan buat menggembangkan bisnis di kawasan Asia Pasifik.
“Kalau boleh bercerita sedikit, Porsche itu merupakan mobil impian saya sejak kecil. Saya merupakan anak laki-laki dari orang tua yang hidup sederhana. Suatu hari saya pernah bermimpi bekerja dan mengendarai mobil Porsche. Demi mewujudkan angan-angan itu, saya berusaha dan belajar dengan tekun. Akhirnya mimpi itu terwujud setelah lulus dari universitas dan bergabung dengan Porsche. Dari situ saya mendapat mobil 911. Meski itu bukan mobil pribadi, saya sangat senang dan setidaknya bisa duduk di kursi mobil impian,” jelasnya.
Sama seperti karyawan pada umumnya. Kariernya berawal dari bawah dan memiliki sejarah yang cukup panjang. Bermula dari lulus kuliah lalu mendapat tawaran pekerjaan dari Porsche AG di Jerman.
Menyandang gelar Master of Business Administration, ia langsung diberi tanggung jawab atas pemasaran ritel untuk dealer Porsche. Pria lulusan Technische Hochschule Mittelhessen ini pun mengurus sekitar 40 dealer di Jerman.
Setelah bekerja di perusahaan yang didambakan, Vetter kemudian memiliki impian lain yaitu bekerja di luar negeri. Dan ternyata bidang pemasaran yang dia tekuni mampu membawanya menyebrangi benua Eropa menuju kawasan Asia Pasifik.
“Saat itu atasan saya bertanya, apakah kamu tertarik untuk bekerja di suatu wilayah selain di sini? Iya jawabku. Usahaku kembali membuahkan hasil. Dan sebetulnya Asia bukan bagian dari mimpi, sebab saya belum pernah ke sana. Tapi karena saya menyukai tantangan jadi langsung menerima tawaran itu dan menjadi Area Manager Sales & Marketing Asia Pacific Porsche AG pada 1 Januari 2000,” akunya.
Menurutnya, itu merupakan hari yang sangat luar biasa dan tak pernah bisa ia lupakan. Perjalanan pertamanya ke Asia dimulai dari Singapura, lalu Korea kemudian Taiwan.
Pada 2001 Porsche membuka kantor regional di Singapura dan dirinya adalah bagian dari tim startup di sana dengan menjadi Regional Manager Sales & Business Development Porsche Asia Pacific Pte Ltd. Tugasnya menjaga kualitas pemasaran di 13 negara termasuk Indonesia.
“Karena memiliki sejarah panjang dengan laporan di wilayah Asia, akhirnya saya tinggal di Singapura sampai 2005. Sebenarnya saya adalah bagian dari tim yang saat itu memilih importir untuk Indonesia. Jadi sedari awal sudah terlibat dengan pasar Indonesia dalam bisnis ini,” ujarnya.
Tetapi grup lain menjemputnya pada 2005 dan ditunjuk sebagai President Stuttgart Sports Cars Ltd. - Porsche Importer Korea. Di sana ia membantu mengembangkan bisnis dan dimulai dari tim yang sangat kecil. Terdiri dari 20 orang yang hanya bisa menjual sekitar 10 mobil per bulan. Dari satu ruang pamer dengan bengkel kecil, kami mengembangkan rencana induk bersama dan menetapkan visi untuk menjual 1.000 unit lima tahun kemudian. Dan tidak ada yang benar-benar percaya saat itu.
“Sebetulnya kami hampir mencapainya, tetapi karena krisis keuangan pada 2008-2009, saya pikir kami telah mundur sekitar satu tahun. Tetapi saya ingat di 2009 ketika Panamera diluncurkan kami menjual sekitar 700 unit. Jadi krisis keuangan itu sudah kami lewati. Selama delapan tahun memimpin Stuttgart Sports Cars Ltd sebagai Importir dan Distributor Porsche Independen Eksklusif di Korea Selatan, penjualan meningkat dari 130 unit pada 2005 menjadi 2.100 unit pada 2013. Dari 1 Dealer menjadi 7 dealer, dan dari 23 menjadi 300 karyawan.
“Usaha tak pernah mengkhinati hasil” itulah yang terjadi pada pria yang gemar bersepeda. Pada Januari 2014 levelnya meningkat menjadi President & CEO Stuttgart Sports Cars Ltd sebagai Porsche Retail Group Korea. Dari situ dia dipercaya untuk mengelola grup Dealer Porsche resmi terbesar di Korea Selatan dengan 6 Pusat Porsche Eksklusif yang berlokasi di Seoul (2), Busan, Incheon dan Bundang (2).