Meningkatnya jumlah produsen mobil yang memproduksi mobil listrik untuk beralih dari bensin dengan upaya pemeliharaan lingkungan, dinilai bukan jalan satu-satunya untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh industri mobil. Menurut pandangan dari asosiasi otomotif Italia, teknologi lain dapat membantu mendekarbonisasi industri mobil serta memenuhi target emisi yang sama sambil mempertahankan pelaku industri.
“Saya mengacu pada kontribusi nyata bahwa biofuel dan bahan bakar sintetis, serta hidrogen, dapat memberikan cara itu,” kata kata Ketua Asosiasi Industri Otomotif ANFIA, Paolo Scudieri, dikutip dari Reuters pada Rabu (31/5).
Biofuel dan bahan bakar sintetis, disebut sebagai e-fuel, sedang dikembangkan untuk memungkinkan peralihan dari penggunaan kendaraan bermesin bakar daripada beralih secara besar-besaran ke kendaraan listrik baterai (BEV).
Negara-negara yang sebagian besar listriknya berasal dari sumber intensif CO2 seperti batu bara dan gas, termasuk Indonesia, mobil listrik tetap mengeluarkan emisi CO2 namun lebih kecil dibanding jumlah emisi CO2 mobil bertenaga bensin. Hitungannya, mobil listrik menghasilkan 1,07 kilogram CO2 per kilowatt-jam listrik yang digunakan. Untuk mobil listrik dengan baterai 80 kWh, jumlah CO2-nya mencapai 85,6 kilogram.