Punya cadangan nikel yang besar membuat Indonesia optimis akan dilirik oleh produsen-produsen otomotif dunia untuk memproduksi baterai mobil listrik mereka. Di sisi lain, ada sederet pekerjaan rumah jika mobil bebas emisi itu makin marak di Indonesia.
Seperti yang dikatakan oleh Agus Gumiwan, Menteri Perindustrian RI saat teleconfrence beberapa waktu lalu. Menurutnya industri baterai mobil listrik akan sangat penting di mana Indonesia juga punya kandungan nikel yang cukup besar.
"Ini tak bisa dihindari, sebuah keniscayaan jika Indonesia harus siap masuk elektrifikasi. Salah satunya produksi baterai. Sehingga (produksi dan industrinya) bisa dinikmati bangsa kita sendiri," katanya.
"Kita harus menyiapkan infrastruktur. Proses produksi harus kolaborasi dengan kementerian lain untuk infrastruktur seperti stasiun pengisian dayanya. Termasuk juga soal recycle baterainya," ucapnya.
Untuk itu, kedepannya pihaknya akan mengajak banyak pihak, selain lintas kementerian, juga stakeholder seperti produsen mobil hingga PLN untuk bersama menyiapkan sarana tersebut.
Sebagai catatan, dalam mendongkrak populasi mobil listrik di Indonesia, pemerintah giat memberi insentif.
Diantaranya melalui PP 73 pengenaan PPnBm berdasarkan emisi karbon, produk tersebut akan mendapat potongan pajak lebih besar dari mesin konvensional. Serta potongan PPnBm 0 persen bagi mobil listrik di akhir 2021.