Hyundai punya cukup nyali untuk menjadi brand pelopor dalam memasarkan mobil full elektrik di Indonesia. Dengan kondisi yang ada saat ini di tanah air berkenaan dengan mobil listrik, pabrikan Korea Selatan ini pun seolah melakukan babat alas dalam kehadiran mobil listrik di negeri batik.
Lantaran mobil listrik masih merupakan ‘mahluk’ yang baru di Indonesia, maka butuh banyak upaya untuk mengenal mobil listrik secara utuh, termasuk edukasi mengenai segala hal mulai teknologi, ekosistem mobil listrik dan sebagainya.
Tak salah jika sebagai pioneer mobil listrik di Tanah air, Hyundai menggelar acara track day bertajuk Electrify Your Weekend di Sirkuit Sentul. Dan tentunya hadir sebagai bintang adalah dua lineup Hyundai full elektrik yakni Ioniq Electric dan Kona Electric.
Walaupun sama-sama mobil setrum, namun pada kenyataannya keduanya berjibaku pada segmen yang berbeda. Segmen Liftback untuk Ioniq dan Kona di segmen crossover.
Pada track day ini kami tidak hanya menjajal track namun juga mencoba handlingnya saat berslalom dan akselerasinya. Dalam paparannya Hyundai mengatakan bahwa EV mereka ini akan lebih stabil dari versi bermesin bakarnya. Hal ini dikarenakan penempatan baterai yang menjadikan distribusi berat kendaraan lebih seimbang. Dengan demikan di atas kertas keduanya lebih stabil dan memiliki handling lebih baik dibanding versi mesin pembakaran internalnya.
Mobil pertama yang kami coba adalah Ioniq. Layaknya sebuah liftback, mobil ini punya atap yang relatif pendek. Sehingga bagi yang memilik badan besar akan sedikit mengalami kesulitan untuk mengakses kabinnya.
Senyap bagaikan mobil biasa saat dimatikan mesinnya. Dalam posisi diam tidak ada sama sekali vibrasi. Tanda mobil tersebut dalam kondisi ‘hidup’ hanya bisa kita pantau dari layar display yang ada pada dasbornya.
Mobil langsung berakselerasi saat pedal diinjak spontan dan cukup mantap saat diajak bermanuver tajam tanpa ada gejala limbung.
Drive mode kami coba pindah ke mode Sport dan mendapatkan peningkatan performa yang cukup terasa signifikan. Hal ini pun diikuti dengan sedotan listrik yang lebih besar dibanding penggunaan normal yang ditandai berkurangnya jarak tempuh.
Setelah merasakan dua lap di sirkuit tersebut, selanjutnya kita berpindah mobil ke Kona Electric.
Kebetulan kita mendapatkan model pre-facelift, walau ada satu unit test yang merupakan produk facelift, namun sayangnya bukan model yang facelift
Mobil lebih tinggi dibandingkan Ioniq, sehingga lebih mudah untuk mengakses masuk ke dalam kabin. Kesan pertama tidak beda dengan Ioniq, namun perbedaan baru terasa saat kami ajak mobil ini bermanuver di tikungan tajam, Kona terasa sedikit limbung. Namun demikian mobil ini terasa lebih galak dibandingkan Ioniq saat diposisikan pada mode Sport.
Mungkin hal ini dikarenakan kemampuan motor listrik Kona yang lebih besar dalam memproduksi torsi yang tercatat di angka 395 Nm dibandingkan dengan Ioniq yang berada di 295 Nm. Uniknya motor listrik keduanya menelurkan tenaga yang sama yakni di 100 hp.
Secara spesifikasi, Kona memiliki baterai yang lebih besar yakni 39,2 kWh, sedangkan untuk Ioniq di 38,3 kWh.