Banyaknya kejadian kecelakaan yang melibatkan bus dan truk kerap dikaitkan dengan faktor human error. Pemicunya banyak, mulai dari kelelahan, kurangnya pemahanan safety dan defensive driving, juga teknologi di kendaraannya.
Fakta itu terungkap dari penuturan Achmad Wildan, Senior Investigator KNKT yang menyebut, jika masih banyak pengemudi yang tidak mengetahui teknologi di kendaraannya. Seperti pentingnya mengetahui instrumen dashboard, hingga sistem remnya.
"Saya ambil contoh bus PO Sempati Star, beberapa waktu lalu sempat kejadian 16 kecelakaan setahun. Sampai pemerintah ingin mencabut izinnya. Sebelum itu kami investigasi terlebih dahulu," ucapnya.
Dirinya terkejut ketika tidak sengaja panggil supir. Karena tak ada satu pun yang paham instrumen di bus tersebut. "Pengemudi nggak paham kalau teknologi busnya sudah canggih."
Ketika ditanya ke pemilik PO, dirinya menyatakan jika perekrutan supir cuma berpatokan SIM B1. Kebanyakan supir dulunya hanya bawa Elf, yang dari sisi teknologi sudah jauh berbeda.
Selanjutnya ada juga hasil investigasi dari bus PO Sriwijaya yang kecelakaan dengan 38 korban jiwa. Ketika dicek, penyebabnya karena tekanan angin rem habis. Hal ini disebabkan indikator tekanan angin di dashboardnya rusak.
"Yang mengejutkan, hampir seluruh bus dari PO Sriwijaya kondisi indikator tekanan anginnya sudah rusak. Saya tanya ke pemiliknya, ternyata dirinya tidak tahu pentingnya indikator tekanan angin," paparnya.
Dari contoh kasus tersebut, menurutnya pengemudi sudah sepatutnya diberi pemahaman oleh perusahaan tentang pemakaian dan teknologi bus. Selain itu menurutnya, peran Agen Pemegang Merek (APM) juga untuk memberi pelatihan tersebut.