Sinyal kehadiranMorris Garage (MG) di pasar otomotif lokal makin kuat. Merek Inggris yang berafiliasi dengan pabrikan Cina ini sudah mengantongi izin untuk membawa produknya ke tanah air, seperti dijelaskan Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Namun fokus mereka di awal akan masuk dulu ke pasar dan belum berencana mendirikan pabrik. Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kemenperin, Putu Juli Ardika menjelaskan, kalau investasi yang dilakukan MG akan menyusul.
(Baca juga: Mengenal SUV Blasteran Inggris-Cina, Penantang HR-V di Indonesia)
"Mereka kan kemarin sudah proses sertifikasi uji tipe. Setelah itu akan impor dulu, masuk pasar, baru ke perakitan," terang Putu kala ditemui beberapa waktu lalu di Jakarta.
Lebih lanjut dia menjelaskan kalau sejauh ini pihaknya baru mengizinkan impor dalam jumlah yang sangat terbatas. "Kita kasih di bawah 50 unit," ujarnya. Jumlahnya akan bertambah seiring dengan kepastian investasi yang dilakukan pabrikan.
Bicara soal model yang akan diimpor MG ke Indonesia dalam waktu dekat, Putu memastikan kalau mobil tersebut bertipe SUV. Namun tidak menyebut dari mana mobil itu didatangkan. Sejauh ini fasilitas produksi MG ada di Thailand dan India.
(Baca juga: Merek Baru MG Incar Segmen Honda HR-V di Indonesia?)
Di sisi lain, dalam seminggu terakhir akun media sosial mgmotors.id juga mulai berseliweran dan mengeluarkan beragam teser terkait kehadiran mereka untuk pasar Indonesia.
Produksi di pabrik Wuling
Sebagai pengingat, MG merupakan anak perushaan Shanghai Automotive Industry Corporation (SAIC). SAIC sudah memulai bisnisnya di Indonesia lewat anak perusahaannya yang lain, SGMW Motor Indonesia (Wuling).
Berdasar fakta ini, MG kemungkinan akan memanfaatkan fasilitas produksi milik 'saudara'nya itu. Harapannya dapat memaksimalkan kapasitas produksi pabrik di Karawang tersebut yang baru terpakai sekitar 1/6 --20 ribu produksi dari kapasitas 120 ribu.
"Itu sebenarnya ranah perusahaan. Tapi kalau kita lihat dan kalau rasional dia mau investasi, pasti dia akan pakai fasilitas yang ada dulu. Karena yang idle di kapasitas produksi kita masih tinggi tapi produksi masih rendah. Sehingga nanti utilisasinya makin tinggi," terang Putu.