Bagi sebagian besar orang, khususnya penggemar balap, nama Takata cukup lekat sebagai pembuat sealbelt balap dengan ciri khas sabuk berwarna hijau. Namun nama Takata mendadak mulai merebak setelah kasus airbag yang mendadak meledak dan menimbulkan korban jiwa.
Ya, Takata bukan hanya pembuat seatbelt saja, nama pabrikan yang bermarkas di Roppongi Minato-ku, Tokyo ini merupakan pemasok komponen sealtbelt, airbag dan setir kaliber dunia. Bahkan dikabarkan memasok 75% merek mobil dunia dan punya Sembilan fasilitas produksi yang tersebar di empat benua.
Masuk 1960-an, Takata mulai menjual sabuk pengaman dan membangun fasilitas uji kecelakaan pertama di Jepang untuk menguji kemampuan dan kualitas sabuk pengaman pada kondisi sesungguhnya. Selain itu Takata mengembangkan sistem keselamatan yang dirancang khusus untuk anak-anak di tahun 1970-an.
Pada tahun 90-an Takata berkembang menjadi perusahaan internasional dan mulai memasok produknya pada merek-merek di luar pabrikan Jepang.
Langkah Takata Corporation kian pesat dan berhasil mengakusisi pesaingnya dari Jerman, Petri AG pada awal 2000 ini. Pabrikan yang berada di Eropa ini, lantas berkembang menjadi Takata AG pada 2012 dan mulai berekspansi ke produk lingkar kemudi dan komponen berbahan plastik.
Sayang sekali mendung tebal datang pada 2013. Serangkaian kematian dan cedera yang disebabkan masalah pada inflator airbag dan menyebabkan recall perangkat airbag tersebut sejumlah 3,6 juta mobil.
Semakin buruk, angka recall mengelembung menjadi 42 juta unit mobil di seluruh dunia dan merupakan recall terbesar dalam sejarah otomotif dunia.
Runutan kejadian ini kemudian berujung pada pengajuan kebangkrutan Takata pada Juni 2017.Aset yang tersisa kemudian dijual pada rival terbesarnya, Key Safety System sebesar 1,6 miliar Dollar Amerika.
Markondez