Indonesia punya pasar truk potensial dan juga pasar bus yang terus berkembang. Kondisi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi Texmaco Group untuk mencoba peruntungan bermain di segmen yang satu ini.
PT. Wahana Perkasa Auto Jaya (WPAJ) anak perusahaan grup Texmaco pun muncul dengan memperkenalkan truk Perkasa di pasar Indonesia. Hebatnya pabrikan tersebut tidak melakukan langkah rebrand, namun benar-benar merangkai produknya dengan melakukan lisensi pada komponen yang digunakannya. Artinya apa yang dilakukannya merupakan upaya untuk menghasilkan kendaraan nasional Indonesia.
Secara kualitas, tak perlu dikhawatirkan. Truk ini mengasup berbagai komponen dan teknologi yang diambil dari pabrikan yang bonafit.
Mesin Perkasa menggunakan dapur pacu lisensi dari Styer dan Cummins. Tetapi yang sempat digunakan adalah yang berlisensi Styer dengan seri WD 612 dan WD 602. Sedangkan Cummins baru digunakan sebatas pada kendaraan prototipe saja.
Untuk transmisi dipilih produk Jerman, ZF yang juga sudah dilisensi dan dibuat di Indonesia, sementara gardan sebagian dipasok oleh Eaton dari Amerika dan juga Styer. Proses produksi bagian ini pun sudah melalui lisensi.
Khusus untuk kabin, Perkasa mendapatkan lisensi dari DAF Belanda dan sasis dari Leyland, Inggris. Tak heran jika kemudian Perkasa dengan percaya diri melakukan klaim bahwa produknya tersebut mengantongi tingkat kandungan lokal hingga 90%.
Di atas kertas, truk ini punya spesifikasi di atas rival sekelasnya dari Jepang pada saat itu.
Sebagian dari truk ini pun berhasil dijual pada umum dan menurut berbagai sumber, hasilnya pun cukup menggembirakan dan memuaskan pelaku pasar saat itu.
Namun nampaknya dewi fortuna belum betah menaungi brand nasional ini. Perkasa merupakan merek yang lahir pada saat terjadi krisis besar, pada 1998 yang meluluhlantakkan ekonomi nasional. Salah satu merosotnya penjualan Perkasa disebabkan oleh situasi pasar yang belum pulih daya belinya, ditambah perusahaan pembuat truk tersebut, terbelit persoalan finansial.
Pada 2004, menjadi kiprah terakhir Perkasa di Indonesia. Produk yang harusnya bisa jadi kebanggaan bangsa ini harus layu sebelum berkembang.