Kemunculan Bugatti Veyron beberapa hari lalu yang sangat mengesankan punya nilai jual yang selangit. Walau Veyron tak bisa dibeli di Indonesia, namun PT Prestige Image Motorcars selaku Importir Umum bersedia mendatangkan Chiron, namun harganya akan jauh lebih mahal. Mahal sekali.
Harga selangit, yakni sekitar Rp 90 miliar, bukan tanpa alasan. Chiron menggunakan beragam komponen berbahan baku dari material eksotis seperti aluminium, serat karbon, titanium dan lainnya.
Hal ini pun mengingatkan kami akan wawancara dengan salah seorang personil tim teknis produsen mobil ekonomis, PT Astra Daihatsu Motor (ADM) pada bulan lalu.
"Membuat mobil mahal itu gampang. Karena tiap satu mobil, cost produksinya besar, biayanya besar, Anda jadi bisa memasukkan komponen apa saja, dari berbagai jenis material terbaik ke mobil tersebut," seru Budhy Santoso, personil Technical Service PT ADM yang kala itu kami temui di Padang, Sumatera Barat (12/1).
Pria yang kerap menguji mobil baru sebelum diluncurkan Daihatsu ini menyebut bahwa membuat mobil ekonomis jauh lebih sulit dibanding menghadirkan sebuah supercar. "Karena kebalikannya, kami harus sangat ketat dalam menggunakan material, pemberian fitur. Jangan sampai apa yang kita beri melebihi harga yang akan kita tetapkan."
Bahkan untuk membuat mobil dengan harga ekonomis seperti Daihatsu Sigra, Terios dan sebagainya sampai harus efisien dalam kegiatan produksinya. Lain halnya dalam memproduksi sebuah supercar yang biasanya cenderung ekslusif, sarat akan personalisasi dan prosesnya lebih lama.
Bahkan untuk beberapa hypercar eksotis seperti lansiran, Bugatti, Koenigsegg, Ferrari dan sebagainya menerapkan sistem produksi handmade untuk beberapa komponen.