Membeli mobil dengan sistem kredit tentu salah satu unsur utamanya adalah cicilan. Setelah mobil diterima, maka konsumen wajib hukumnya membayar cicilan alias angsuran kredit tiap bulannya sampai lunas. Jika tidak, maka mimpi buruk pun bisa-bisa menghantui konsumen tersebut.
Kami pun penasaran, apakah masalah cicilan seret atau bahasa marketingnya adalah non-performing loan (NPL) hanya didera oleh merek mobil tertentu? Ternyata tidak. Kredit macet ternyata ditemui pada konsumen pemilik berbagai merek mobil hasil kredit.
"Kalau itu sih tiap merek ada saja (NPL). Yang pasti kalau DP (uang muka) semakin rendah maka risiko (NPL) semakin besar," ungkap Harjanto, Direktur Sales Marketing Mandiri Tunas Finance (20/2).
Maka dari itu, Harjanto mensiasati agar pihaknya cukup selektif menawarkan uang muka. Mandiri Tunas Finance lebih mengutamakan uang muka rendah agar "dikonsumsi" oleh konsumen dengan status profesi karyawan, sementara dari golongan wiraswasta didorong untuk pakai skema uang muka cenderung besar persentasenya.
"Kalau bicara merek mah semuanya pasti ada saja yang telat bayar atau tersendat. Tidak bisa kami bilang mobil A pemiliknya banyak telat bayar, sedangkan mobil B rata-rata lancar cicilannya. Contoh, mobil Avanza dengan Agya, bisa saja yang lebih bagus Agya loh pemabayarannya. Jadi kita tidak bisa ngomong mobilnya," tutup Harjanto.