Kita setujui, bahwasanya berkendara di jalan raya merupakan pekerjaan full time. Artinya, saat berkendara tidak bisa diselingi dengan aktifitas kerjaan lain. Dan berkendara dalam waktu yang lama tentu menguras tenaga dan juga konsentrasi, termasuk berkendara saat mudik Lebaran.
Mengemudi dalam kondisi prima, merupakan sesuatu yang mutlak adanya dan hal ini erat hubungannya dengan keselamatan.
Microsleep banyak disebut sebagai penyebab biang keladi kecelakaan di berbagai kejadian. Namun demikian microsleep tidak terjadi secara tiba-tiba begitu saja. Terdapat berberapa fase dan tiap fase bisa menjadi peringatan bagi kita untuk segera mengambil keputusan agar terhindar dari microsleep.
“Ada beberapa tingkatan yang terjadi. Fase pertama pengemudi akan mulai merasa letih. Fase kedua pengemudi akan merasa sangat letih dan ngantuk berat,” tutur Sony Susmana Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) kepada OtoDriver.
“Pada fase kedua inilah microsleep muncul. Biasanya terjadi setelah 3 hingga 4 berkendara,” lanjutnya.
“Jika anda merasakah gejala seperti itu, jangan ditunda segera prioritaskan mencari tempat yang aman dan untuk tidur setidaknya 20 menit (nap power),” jelas Sony. “Tidur merupakan rekoveri paling efektif untuk hilangkan kantuk dan letih,” cerocosnya.
Sony menambahkan bahwa pada kasus microsleep, yang mengalami kelelahan adalah otak, bukan badan. Pria ramah ini mengatakan terdapat hal yang membedakan antara rasa mengantuk dengan microsleep. Di mana microsleep akan memberi dampak pada reaksi yang melambat.
"Mengantuk biasa, yang tidur adalah matanya. Tapi kalau microsleep, yang tidur itu otaknya," tutupnya.
Di luar aktifitas mengemudi, kejadian dahsyat akibat microslep terjadi di beberapa peristiwa, salah satunya kecelakaan yang menimpa reaktor nuklir Chernobyl di Ukraina dan kecelakaan besar super tanker Exxon Valdez.