Berkendara di tengah hujan memiliki resiko yang lebih besar jika dibandingkan dengan berkendara dalam kondisi jalanan kering.
Air hujan akan menjadi pelapis yang memperkecil cengkraman ban terhadap permukaan jalan. Bahkan genangan air berpotensi menyebabkan hydroplanning atau disebut juga sebagai aquaplanning.
“Saat terjadi aquaplaning, ban mengambang di atas permukaan jalan sehingga mobil kehilangan traksi dan kontrol,” jelas Rudy Novianto, Defensive Driving Trainner Sentul Driving Course saat dihubungi beberapa waktu silam. “Dalam berbagai situasi, aquaplaning bisa terjadi namun sebenarnya bisa diminimalisir atau malah dihindari,” tambahnya.
Rudy memaparkan hal-hal yang data dilakukan untuk mencegah terjadinya hydroplanning ini.
1. Tidak berkendara terlalu cepat
Apapun jenis bannya, saat menerjang genangan air dalam kecepatan tinggi maka akan berpotensi mengakibatkan hydroplaning. Oleh karena itu, kendarai mobil anda dalam kecepatan yang lebih rendah dan jaga jarak aman dengan pengemudi lainnya. Kecepatan maksimal 60-70 km/jam dianggap relatif aman berkendara.
2. Kondisi ban yang tidak sesuai dengan kondisi hujan
Sebenarnya ada beberapa merek ban yang didesain khusus untuk mempertahankan traksi dan cengkraman saat hujan. Namun, ban standar pun masih bisa digunakan, namun ada beberapa ban yang tidak boleh digunakan saat hujan, seperti ban slick atau semi slick yang sepenuhnya didesain sebagai ban permukaan kering.
3. Kondisi ban yang tak layak
Tingkat keausan ban memperngaruhi performa dan kemampuan mencengkeram permukaan jalan. Dengan telapak ban yang sudah aus, maka air yang ada dalam telapak bannya lebih susah dibuang.
4. Tekanan Angin ban
Sebelum berkendara, sebaiknya periksa tekanan angin pada ban, apakah sudah sesuai dengan standar tekanan angin yang ditetapkan. Ban dengan tekanan angin kurang akan susah membuang air, sedangkan terlalu keras bannya akan maka bidang kontek terhadap permukaan jalan lebih kecil.