BUS-TRUCK – Nyaris berulang jika ada kecelakaan yang melibatkan truk atau bus maka kalimat ‘rem blong’ akan mudah muncul sebagai biang keladi kejadian.
Tapi sebenarnya, bagi seorang pramudi truk ataupun bus yang mengalami gejala rem blog. Dalam catatan Otodriver/Mobility, Senior Investigator KNKT, Ahmad Wildan yang ditemui dalam satu kesempatan di ajang GIIAS 2023 pernah memaparkan hal tersebut. Menurut Wildan, “Pada umumnya sopir masih ingat kondisi saat menginjak pedal rem saat sebelum kecelakaan.”
“Ada yang bilang pedal rem sudah diinjak, tetapi roda tetap meluncur,” jelasnya sembari menyebut bahwa gejala ini adalah yang paling sering dikemukakan pramudi truk atau bus yang mengalami kecelakaan akibat gagal fungsi rem tadi.
Menurut Wildan gejala itu kemungkinan besar karena rem tidak mampu mengurangi putaran roda, disebabkan oleh brake fading atau kondisi yang melampaui kemampuan maksimal rem.
Bisa juga disebabkan pengemudi hanya menggunakan service brake (pedal rem). Kalau di jalan datar, tentunya service brake masih bisa optimal, tetapi di jalan menurun, seharusnya sebuah proses pengereman harus disertai dengan secondary brake dari exhaust brake atau bahkan auxiliary brake, seperti brake retarder. Karena di jalan menurun, beban rem tak hanya bobot truk dan muatannya saja, tetapi juga pengaruh dari gravitasi.
“Pada kasus lainnya, ada yang merasa pedal rem seperti berat untuk diinjak, atau kerap disebut mbagel,” kata Wildan. Semabri diutarakan juga bahwa kecepatan laju yang berlebih juga bisa membuat semua pilihan pengereman tadi jadi tidak berarti.
Selain itu, ‘angin tekor’, bisa menyebabkan gagalnya pengereman. Khusunya pada truk masih banyak yang menggunakan sistem rem Air Over Hydraulics, di mana tekanan angin digunakan untuk mendorong fluida (minyak rem, Red) untuk menggerakkan kampas rem.
Karena angin kurang, maka tekanan tidak cukup untuk mengurangi putaran teromol rem. “Angin tekor ini, bisa terjadi karena pengereman dilakukan terus menerus, sementara pompa angin tidak mengisi tabung angin atau angin di tabung digunakan untuk perangkat lain, seperti klakson yang dibunyikan terlalu sering, sehingga tabung angin kosong,” kata Wildan lebih lanjut.
Ada juga kejadian tersebut akibat celah kampas rem yang terlalu jauh jaraknya, bisa juga menyebabkan rem tidak berfungsi maksimal. “Ini pun sopir sudah menginjak pedal rem dengan kuat, tetapi roda tetap berputar,” ungkap lelaki asal Tegal, Jawa Tengah itu.
Itu karena jarak kampas rem dengan teromol terlalu jauh, sehingga ketika pedal diinjak pun, kampas tak ‘menggigit’ teromol, sehingga roda tetap berputar.
Sebaiknya pengemudi dan pemilik truk juga rutin merawat sekaligus menjaga komponen serta sistem pengereman sebagai tindakan preventif terulangnya terjadinya kejadian rem blong.
Baca juga: Supir Mengantuk, Bahaya Yang Mengintai Selain Rem Blong, Cara Ini Bisa Mencegahnya
Baca juga: Tips Cek Rem Bus Dari Mercy
Wajib rutin ganti minyak rem
Tentu saja perawatan rutin akan bayak berperan menekan potensi rem blong. Karena selain kampas rem dan seluruh komponen penunjangnya, maka minyak rem juga akan jadi faktor penentu ‘blong’ atau tidaknya satu laju kendaraan besar.
“Karena setiap material kampas rem memiliki suhu kerja maksimalnya,” sebut Dhany Ekasaputra, Manager Promosi PT Autochem Industry saat dihubungi langsung beberapa waktu lalu (24/9).
Menurutnya, suhu kerja maksimal itu akan menjadi salah satu penentu bisa bekerja dengan baik atau tidak sebuah sistem pengereman. Hal ini sebenarnya juga bisa dijaga dengan rutin menjaga kondisi minyak rem lewat penggantian rutin.
Dhany kemudian menceritakan pengalamannya menemukan cairan rem yang jarang diganti. “Hal ini membuat kandungan airnya sudah banyak, alhasil, titik didihnya akan mendekati titik didih air, komponen pengereman jadi tidak bisa bekerja maksimal,” ungkapnya.
Untuk bus dan truk tentu membutuhkan kinerja pengereman yang lebih ‘panas’ karena beban (angkut) lebih berat sehingga butuh spesifikasi minyak rem dengan titik didih yang lebih tinggi dibandingkan mobil penumpang yang dimensinya kecil.
Angka didih mencapai 250 derajat celsius bukanlah hal aeh untuk minyak rem bagi truk ataupun bus. Oleh karena itu bus ataupun truk tidak bisa memakai minyak rem yang sama dengan mobil penumpang biasa.
Akan menjadi sangat berbahaya jika memakai minyak rem degan titik didih yang lebih rendah dari yang diperlukan. Kalau itu dilakukan maka yang terjadi saat pedal rem diinjak justru akan memuculkan banyak busa atau sering disebut ‘masuk angin’. Roda akan terus meluncur meski pijakan pada pedal rem sudah maksimal.
“Beberapa kasus yang pernah kami temui, seal di sistem rem pake gak orisinal agar biaya perawatan murah, ditambah cairan rem pun menggunakan kualitas rendah agar seal yang enggak ori itu gak cepet rusak,” jelas Dhany mengisahkan.
Padahal dengan memakai cairan atau minyak rem yang bermutu saja, soal perawatan berkala tetap harus dilakukan.
Formula kimia dalam minyak rem ada masa pakainya. Jika dipaksakan, tekanan rem bisa hilang dan rem akan blong karena kualitas minyak rem menurun. Oleh sebab itu, sebaiknya minyak rem dikuras dan diganti seluruhnya dalam jangka waktu tertentu sesuai petunjuk pabrikan kendaraan. (EW)
Baca juga: Mengapa Uji KIR Perlu Dilakukan Rutin?
Baca juga: Selain Faktor ODOL, Kesadaran Keselamatan Berkendara Yang Kurang Jadi Pemicu Kecelakaan
#kecelakaan #pramudi #kemenhub #pekankeselamatan #truk #beruntun #remblong #tol #cipularang #km92b #novemer #2024