Bus dengan mesin di belakang saat ini sudah lazim ditemui, praktis pula semua merek bus yang beredar di Indonesia punya model big bus dengan lokasi mesin di belakang.
Berdasarkan catatan dari Bus-Truck.id, tahun 1963 adalah kali pertama bus dengan mesin belakang masuk ke Tanah Air. Waktu itu hadir lewat Mercedes-Benz O 321 H. Barisan bus tu langsung diimpor dari Jerman Barat, waktu itu. Adalah PT Permorin yang ditunjuk sebagai pihak yang mendatangkan bus tersebut, perusahaan ini pernah jadi importir untuk kendaraan bermerek Mercedes-Benz buat wilayah Indonesia.
Sebagai pengingat, kode huruf O merupakan kode yang berarti Omnibus alias bus, sementara huruf H berarti Heckmotor yang menunjukkan makna bermesin belakang.
Spesifikasinya Mercedes-Benz O 321 H antara lain; bermesin diesel 6 silinder inline 5.100 cc dengan kode OM 321. Potensi daya puncaknya 110 daya kuda, serta punya kecepatan tertinggi 95 km/jam. Komposisi panjang dan lebarnya adalah 9,2 meter dan 2,5 meter, tinggi 2,9 meter.
Selama masa aktif produksinya, dirilis empat varian; O 321 H (1958 dan 1961), O 321 H-L (1960), dan O 321-L (1962). Rentang bobotnya; 9,3-10 ton dengan ketersediaan jok sampai 50 buah.
Mesin di belakang menghadirkan peluang memperluas kabin penumpang dan gangguan suara mesin ikut teredam
Sasis semi-intengral membuat bodi bus dan dek menjadi satu bagian
Bus ini sebenarnya merupakan penerus dari seri O 6600 H yang merupakan bus bermesin belakang untuk pertama kalinya. Namun bus ini tidak sempat masuk ke pasar Indonesia sebagaimana seri O 321 H yang ditujukan sebagai transportasi buat atlet yang berlaga di acara Games of New Emerging Forces atau Ganefo Pertama yang diselenggarakan di Jakarta 10-22 November 1963.
Kabarnya sekitar 300 unit bus ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan transportasi atlet pada hajatan akbar itu.
Sebagai produk yang didesain serta diproduksi pasca Perang Dunia II, bus ini dikenal sebagai bus yang nyaman serta ‘kedap’. Hal itu salah satunya karena pemakaian sasis model semi-integral yang merupakan teknologi pertama yang diterapkan pada bus.
Sasis semi-integral tersebut menjadikan lantai bus juga sebagai penyangga beban yang terintegrasi dengan seluruh bodi bus. Alhasil bobot bus lebih ringan, stabil, efektif mereduksi getaran saat bus bergerak, dan nyaman dikendarai.
Desain ini sebenarnya diambil dari Mercedes-Benz 180 (W12) yang dikenal dengan julukan “Ponton”, rilis perdana tahun 1953.
Mendesain bus dengan mesin di belakang sendiri kala itu merupakan upaya maksimal dalam menghadirkan bus dengan layout yang lebih maksimal menyediakan ruang bagi penumpang, kemudian bisa mereduksi penyebaran panas mesin, dan tentu saja guna menghadirkan kabin yang lebih kedap daripada sebuah mesin bermesin depan.
Model O 321 H pada masa aktif produksinya sampai tahun 1964 ini termasuk bus laris di masa itu, sekitar 18 ribu unit telah terjual ke seluruh penjuru dunia.
Baca juga: Sekilas Sejarah Air Suspension, Jaminan Kenyamanan Bus Saat Ini
Baca juga: Mau Jadi Supir Bus Di Arab Saudi? Ini Syaratnya...
Desain dasbor yang termasuk canggih di masanya
Kehadiran O 321 H satu paket dengan masuknya seri O 319 D merupakan salah satu medium bus terbaik kala itu
Bus Mercedes-Benz O 321 H kemudian aktif sebagai armada bus PPD sampai paruh awal dekade '70-an
#bus-truk-busindonesia-trukindonesia-dortmund-safetydriving-defensivedriving-indonesia