Mencari kendaraan yang ramah lingkungan sebenarnya telah didengungkan sejak lama dan selalu jadi obsesi bagi para pembuat kendaraan. Tak terkecuali pembuat pikap.
GMC Hummer EV, Tesla Cybertruck atau truk listrik lainnya merupakan saat ini mampu menjambak perhatian dunia. Tahun 2022, diperkirakan peta otomotif akan berubah dengan kedatangan mereka.
Sebenarnya, ide pikap listrik bukan hal yang terlalu orisinal. General Motors (GM) tercatat sebagai pembuat pikap pertama yang dijual secara masal. Tepatnya pada 1997 hingga 1998.
Chevrolet diketahui sebagai pencetusnya dengan menghadirkan pikap mini S-10 EV yang diproduksi sebanyak 1.100 unit dan dijual terbatas.
Jika dilihat dari penampilannya, S-10 EV jauh dari kesan glamour, seperti pikap listrik yang ada saat ini. Diambil dari basik pikap S-10 short bed dengan model bak fleetside yang merupakan pikap kelas kompak yang dimiliki GM saat itu.
Sumber tenaganya diambil dari listrik milik sedan GM EV1 dengan kekuatan 114 tenaga kuda. Sementara untuk baterainya menggunakan lead acid 16,2 kWh dan dipasang di tengah sasisnya. Berat baterainya mencapai 650 kg, sehingga berat total kendaraan mencapai disekitar 1,9 ton.
Walau pun berbentuk pikap, lantaran bulat-bulat menancapkan mesin EV1 yang berpengerak roda depan, maka S-10 EV pun merupakan pikap front wheel drive. Kurang umum pada saat itu.
Mengutip data yang dilansir gmauthority.com, minitruck ini mampu menempuh jarak 63 km dengan kecepatan konstan 96 km/jam. Sedangkan pada kecepatan konstan 72 km/jam mampu meraih jarak tempuh 96,5 km. Sedangkan dalam pengujian independen yang melibatkan pihak ketiga didapatkan hasil pemakaian stop and go mampu meraih jarak 56-68,8 km.
Ketimpangan waktu pengisian (charging) dengan pemakaian tetap menjadi ciri yang diwariskan S-10 EV pada pikap EV modern saat ini. Butuh lebih dari 10 jam untuk melakukan pengisi yang harus dilakukan untuk S-10 EV untuk jarak kurang dari 100 km. Lebih parah lagi, saat itu belum mengenal fitur super charger seperti sekarang.
Hal ini yang menjadikannya kurang diminati oleh pasar saat itu. Langkah untuk mengup-grade kemampuan pun dilakukan, salah satunya dengan mengganti baterai. Caranya dengan menganti bahan baterai dengan berbasis pada nickel-metal-hydride battery pack berdaya 39 kWh yang mampu meningkatkan daya jelajahnya hingga dua kali lipat yang diterapkan pada 1998.
Namun upaya tersebut tak cukup kuat untuk mengangkat pamornya, bahkan semakin jeblog. Penggantian baterai baru ini berpengaruh pada harga jual yang menjulang tinggi.
Proyek S-10 EV ini pun kemudian dihentikan karena dinilai tidak realistis karena terlalu mahal.