Otodriver — Produsen ban ternama dunia, Michelin, menegaskan kesiapan penuh mereka dalam menghadapi era elektrifikasi kendaraan. Seluruh lini ban Michelin saat ini diklaim sudah kompatibel untuk digunakan pada kendaraan listrik (EV), tanpa perlu modifikasi khusus.
Hal tersebut disampaikan oleh Paul Perriniaux, Vice President B2C Michelin, dalam sesi wawancara dengan media. Menurutnya, seluruh ban penumpang Michelin saat ini sudah memenuhi kebutuhan performa kendaraan listrik.
“Hari ini, semua ban kami sudah bisa digunakan pada kendaraan listrik. Kebutuhan EV memang sedikit berbeda dibanding mobil bermesin konvensional — karena bobot baterai yang lebih berat, kebutuhan daya dukung dan ketahanan ban juga harus disesuaikan,” ujar Paul.
Ia menambahkan bahwa efisiensi jarak tempuh (range) juga menjadi faktor penting. Ban dengan hambatan gulir rendah (low rolling resistance) dapat membantu meningkatkan efisiensi energi pada mobil listrik. Selain itu, tingkat kebisingan juga menjadi perhatian utama, karena pada mobil listrik suara mesin yang minim membuat suara ban lebih terasa di kabin.

“Kenyamanan dan kebisingan menjadi faktor penting. Karena itu, Michelin berfokus pada pengembangan ban yang tidak hanya efisien, tetapi juga senyap,” jelas Paul.
Menjawab pertanyaan soal kerja sama dengan pabrikan EV, Paul memastikan bahwa Michelin telah bekerja sama dengan berbagai produsen kendaraan listrik di seluruh dunia, termasuk dari Cina, Jepang, Eropa, hingga Korea Selatan.
“Kami sudah bekerja sama dengan hampir semua produsen kendaraan listrik besar di dunia,” katanya.
Sementara itu, Manuel Fafian, President Michelin Asia Pacific, menegaskan bahwa filosofi keberlanjutan (sustainability) selalu menjadi fondasi utama Michelin sejak awal berdiri.
“Kami tidak membuat ban hanya untuk satu jenis kendaraan. Kami membuat ban yang menjawab kebutuhan konsumen — efisien, tahan lama, dan aman,” ujar Fafian.
Ia menambahkan, torsi tinggi pada mobil listrik menuntut ban yang mampu mempertahankan performa dan daya cengkeram hingga akhir masa pakainya.
“Ban Michelin dirancang untuk bertahan lama dan menjaga performanya hingga kilometer terakhir,” tegasnya.
Tak hanya di kendaraan penumpang, Michelin juga menerapkan teknologi serupa pada segmen komersial. Menurut Fafian, penggunaan ban Michelin pada truk dapat menghemat konsumsi bahan bakar antara 4–6%, tergantung jenis armada.
“Jika biaya bahan bakar mencapai 35–45% dari total biaya operasional armada, maka dengan ban Michelin, bisa dibilang bannya jadi gratis,” ujarnya.
Sebagai contoh konkret, Michelin kini bekerja sama dengan Volvo Trucks di Korea Selatan dalam proyek uji coba truk listrik jarak jauh yang menggunakan ban produksi Michelin.
“Dengan kombinasi ban dan kendaraan kami, truk listrik Volvo bisa menempuh rute dari Pelabuhan Busan ke Seoul — sesuatu yang sulit dicapai dengan ban lain,” ungkap Fafian .
Menutup sesi, Fafian juga mengingatkan bahwa inovasi daya tahan ban sudah menjadi DNA Michelin sejak awal abad ke-20. Pada tahun 1930-an, pendiri Michelin bahkan membangun kompleks uji ban berskala kota di Clermont-Ferrand, Prancis, yang kini menjadi situs bersejarah nasional.
“Itu menunjukkan komitmen kami selama lebih dari seratus tahun untuk memastikan tidak ada ban lain yang lebih tahan lama dari Michelin,” tutupnya. (RA)








