OTODRIVER – Mobil listrik belakangan ini mulai berseliweran di Indonesia. Banyak konsumen beranggapan bahwa running cost sebuah mobil listrik murah dengan tenaga yang instan.
Mengingat tenaga yang instan, belakangan ini cukup banyak unggahan di sosial media yang memberitakan kecelakaan tentang mobil listrik. Lantas, bagaimana tanggapan pakar safety driving terkait hal ini?
Sony Susmana selaku Director Training Safety Defensive Consultant memaparkan bahwa mobil listrik rata-rata memiliki tenaga motor listrik yang super instan dan cenderung tak terkontrol.
“Yang namanya mobil listrik sekarang itu rata-rata responsif, dibejek tidak berasa dan tiba-tiba tidak terkontrol dan tidak bisa ngerem,” ujarnya saat dihubungi oleh tim OtoDriver, Senin (12/8).
Menurut Sony, produsen mobil listrik saat ini masuk di negara-negara dengan regulasi keselamatan yang rendah.
“Dari kacamata saya, produsen mobil listrik ini cukup jeli melihat pasar di Asia Tenggara dan negara-negara berkembang yang secara regulasi keselamatan masih rendah dan upaya untuk menutup keraguan konsumen tentang kemampuan tenaganya. Mengalahkan penjualan mobil bensin itu sulit sehingga mereka jual mobil listrik dengan performa buasnya,” tambahnya.
Masih menurutnya, konsumen mobil listrik saat ini kebanyakan disorientasi terhadap kebutuhannya.
“Coba nongkrong di area test drive GIIAS, baik MPV, SUV, semua EV pada ngebut-ngebut entah maksudnya apa. Padahal bijaksananya, di area ini mereka bisa mempergunakannya untuk mengetes kestabilan dan kenyamanan dari sebuah mobil listrik,” tambahnya.
“Negara tetangga masih kalah jauh soal fasilitas pengisian dayanya dibandingkan di Indoensia. Tapi penggunanya lebih banyak dibanding di Indonesia karena mereka membeli sesuai kebutuhan, bukan ikut-ikutan. Infrastrktur jalannya padahal lebih baik di luar negeri tetapi jarang yang kebut-kebutan. Jadi ini bukan salah EV-nya tapi pemiliknya yang belum paham,” tutupnya. (AW).