OTODRIVER - Hyundai Stargazer X resmi mengaspal pada Agustus silam dan model ini menjadi jawaban dari ‘H miring’ untuk meramaikan pasar Low SUV di tanah air.
Memang secara garis besar Stargazer X adalah Stargazer yang berikan sentuhan kosmetik untuk masuk ke genre LSUV. Walau demikian apakah rasanya ‘plek ketiplek’ dengan saudaranya yang mengusung genre LMPV?
Otodriver berkesempatan untuk merasakan langsung mobil rakitan Cikarang Jawa Barat ini di habitat yang sesungguhnya yakni jalanan Indonesia. Dan jalanan di seputaran Yogyakarta, Purworejo, Muntilan, lereng Merapi hingga hamparan jalur di Karst pengunungan Seribu jadi lokasinya. Hari pertama, 99,5% mobil berada di bawah kendali saya.
Perjalanan kami dimulai di Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulonprogo Yogyakarta. Total ada 20 mobil test dan beberapa mobil panitia yang terlibat dalam sesi test drive ini. Dan mobil kami nomor 20.
Tidak ada yang istimewa dari tempat start hingga kota Purworejo. Namun begitu kami melintas di daerah yang jadi bagian dari pegunungan Menoreh, Stargazer X mulai menunjukkan tajinya.
Mesin 1.5 liter dengan semburan daya 113 hp dan torsi 143,8 Nm yang dikawinkan dengan transmisi Intelligent Variable Transmission (IVT) berkerjasama dengan cukup apik saat menyusuri jalanan yang didominasi oleh tikungan dan tanjakan. Bahkan tanjakan panjang dan relatif curam dapat dilampaui tanpa banyak effort.
Pun demikian ketika kami melahap jalanan dengan beraneka tanjakan curam di seputar lereng barat Merapi yang beberapa di antaranya adalah jalanan dengan dilapisi dengan taburan pasir vulkanik.
Rem cakram pada keempat rodanya berkerja dengan cukup baik tetap pakem dan tak kehilangan performa walau diajak bermanuver pada jalanan yang banyak memiliki tanjakan, turunan dan tikungan tajam itu.
Sebagai informasi, spesifikasi rem pada Stargazer X ini beda dengan Stargazer biasa yang masih mengandalkan rem tromol pada bagian belakangnya.
Dengan rem cakram ini, maka panas yang dihasilkan pada saat pengereman lebih cepat dilepas sehingga performa rem tetap terjaga.
Lepas dari daerah pegunungan, kami menuju ke tol Trans Jawa dan masuk dari pintu tol Salatiga. Di sini kami merasakan improvement pada rasa berkendara dari LSUV ini.
Penggunaan ban dengan lingkar lebih besar dan profil lebih tipis menambah kemantapan dalam melahap aspal tol. Kecepatan 140 kilometer/jam dapat diraih dengan mudah dan pengendaliannya tetap mantap.
Pihak Hyundai mengatakan bahwa hal tersebut merupakan dampak dari penggunaan ban yang lebih tipis. Namun demikian penggantian pelek 17 inci ini pun menimbulkan efek lain, yakni rasa berkendara Stargazer X jadi lebih keras dibanding versi Stargazer MPV, namun bantingannya masih termaafkan.
Sedangkan untuk putaran lingkar kemudi, tidak jauh dari versi Stargazer biasa yang relatif lembut dan presisi. Namun demikian kami rasakan agak sedikit lebih mantap. Mungkin karena pemakaian pelek dan ban baru yang punya diameter lebih besar.
Perjalanan yang kami lalui ini semakin asyik dengan kehadiran Bose premium sound system dengan 8 speaker. Suaranya cukup mantap dan didukung oleh kabin Stargazer X yang relatif senyap.
Head unit audio berukuran 8 inci dengan wireless phone connectivity (Android Auto dan Apple Carplay) memberikan kontribusi yang cukup lumayan bagus, salah satunya untuk mengakses google map dan fitur entertainment lainnya.
Hari kedua, giliran saya jadi penumpang di belakang. Kebetulan unit no 20 bukanlah yang dilengkapi dengan captain seat. Walau demikian bangku baris dua itu tebal dan enak diduduki.
Dengan postur badan lumayan besar dengan tinggi 175 cm, area ini masih cukup memberikan kenyamanan yang ideal. Kaki bisa berselonjor dengan baik dan kemiringan bangku pun dapat disetel sesuai dengan kebutuhan.
Perjalanan kami menuju pegunungan Seribu yang syarat dengan hamparan karst banyak melalui jalanan yang berliku namun punya permukaan aspal yang cukup bagus.
Bantingan yang dirasa pada baris kedua ini masih cukup nyaman. Penumpang baris kedua pun dimudahkan dalam pengecasan daya dengan dua port USB charger yang posisikan ada bagian konsol tengah yang menghadap ke belakang.
Dalam catatan kami, selama dua hari perjalanan tersebut konsumsi BBM yang tertera pada MID menunjuk di angka 8,9 liter/100km atau di angka 11,2 km/liter.
Angka tersebut didapat dengan mengemudi normal, full AC dan tanpa metode mengemudi hemat.
Kesimpulan
Hyundai Stargazer X memang merupakan bagian dari keluarga besar Stagazer. Hyundai melakukan berbagai pengembangan mulai dengan menambahkan aksen overfender, roofrail (walau sifatnya kosmetik saja), perubahan besar pada bagian grill, perubahan pada engine hood dan penggunaan velg dengan diameter yang lebih besar.
Perubahan tersebut tidak serta merta membuat Stargazer langsung tampil sebagai sosok SUV. Dan Hyundai menyadari hal tersebut dan menyebutkan bahwa mobilnya ini merupakan sosok LMPV yang diSUV-kan.
Dengan demikian citrarasa sebuah LMPV tetap menjadi yang dominan.
Transformasi dari sebuah LMPV menjadi LSUV yang dilakukan ternyata juga membuahkan hasil yang bisa dikatakan sebagai progress.
Secara tampilan mobil ini lebih gagah dibandingkan dengan saudara LMPVnya dan dari segi rasa berkendara mobil ini tetap nyaman dan bahkan lebih mantap dan efek limbungnya berkurang. Punya pengereman yang lebih baik dan audio yang cukup bagus.
Secara umum, mobil ini layak untuk dipertimbangkan. (SS)