OTODRIVER - Air Conditioner atau AC pada kendaraan merupakan salah satu fitur yang jamak ditemukan pada mobil saat ini. Terlebih untuk daerah tropis seperti Indonesia, AC menjadi perangkat untuk kenyamanan berkendara.
Sejarah AC untuk mobil dipelopori oleh Packard, sebuah pabrikan mobil mewah asal New York pada 1939.
Saat itu Packard menghadirkan AC sebagai opsional. Untuk pengadaan dan pemasangannya mereka menggandeng Bishop and Babcock Co.
Namun sayang sekali, walau fitur ini dapat menyajikan ruang kabin yang lebih sejuk dan nyaman, namun ternyata tak bisa bertahan lama. Pada 1941, Packard justru menghentikan penawaran pada perangkat ACnya. Hal ini dikarenakan mahalnya perangkat dan seringnya terjadi kerusakan pada alat ini .
Perang Dunia II sepertinya semakin membuat fitur kenyamanan ini kurang mendapat perhatian. Inovasi yang disodorkan lebih banyak disasar untuk keperluan perang.
Namun setelah perang usai, AC kembali mendapatkan perhatian. Perangkat ini awalnya lebih banyak ditawarkan sebagai perangkat aftermarket.
Walau masih belum dikatakan sebagai perangkat murah, namun semakin banyak produk aftermarket yang menawarkannya menimbulkan persaingan harga. Opsi brand semakin luas dan demikian juga dengan harganya.
General Motors (GM) pun dikenal sebagai grup pabrikan yang menjejalkan fitur AC sebagai standar pada hampir semua line up produk mereka pada 1953.
Pabrikan mobil AS lainnya pun segera mengikuti langkah GM ini pada tahun-tahun berikutnya yang kemudian ditandai dengan ‘booming’ mobil dengan AC di AS.
Cadillac, brand mewah milik GM pun menjadi yang pertama yang menghadirkan AC yang dapat diatur suhunya dan juga kecepatan kipasnya pada 1964.
Pada era 60-an ini AC mendapatkan popularitas di tingkat dunia sebagai salah satu fitur kemewahan pada pasar mobil AS.
Sedangkan Eropa dan Jepang sedikit tertinggal di belakang yang justru belum menjadikan perangkat ini sebagai standar pada saat itu.
Namun pada era 70-an, khususnya di AS, AC justru banyak menuai protes dan sebagian konsumen mulai meninggalkannya. Isu lingkungan mengenai AC mobil yang menggunakan materi pendingin Cholo Fluoro Carbon (CFC) mencuat ke permukaan dan dampak buruk dari AC terhadap lingkungan mulai jadi pembicaraan.
Masalah pengikisan Ozon oleh CFC ini pun sedikit banyak menurunkan popularitas AC.
Solusi pun muncul dengan kehadiran R12 yang dinilai lebih ramah lingkungan. Namun dalam perkembangannya R12 pun diketahui memiliki efek merusak ozon dan kemudian dilarang pada 1996 yang digantikan oleh R134a.
Senyawa R134a inilah yang sampai saat ini masih digunakan untuk mendinginkan perangkat AC mobil kita. Hanya saja, perdebatan mengenai zat yang lebih ramah lingkungan belum juga usai. Ke depannya sangat dimungkinkan untuk mendapatkan senyawa baru atau sistem yang lebih ramah lingkungan. (SS)