OTODRIVER - Hyundai mengatakan bahwa tren otomotif di masa depan, mobil berpenggerak listrik murni akan mengalami kenaikan dan mobil bermesin konvensional justru menurun.
Memang akhir-akhir ini penjualan mobil listrik terus meningkat di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia.
Namun pertumbuhan penjualan mobil listrik sendiri belum bisa mengalahkan mobil bermesin bensin.
Dari seluruh negara di dunia, baru ada satu negara yang memiliki porsi penjualan EV lebih besar ketimbang ICE-nya.
“Kalau kita bercermin di satu negara, rasanya baru ada satu negara yang memiliki penjualan EV di atas 50 persen, yakni Norwegia. Cina saja belum,” ujar Fransiscus Soerjopranoto selaku Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) ketika diwawancarai di Hyundai Driving Experience yang berlokasi di Jakarta Selatan (7/11).
Ia juga menerangkan bahwa nantinya akan ada keseimbangan tren antara EV dan ICE akan tetapi mobil listrik tidak mampu membunuh mobil bermesin konvensional.
“Tapi, kalau kita baca literatur yang beredar, tren otomotif itu akan mengalami kenaikan penjualan pada EV sedangkan ICE akan cenderung turun. Tapi tidak ada literatur yang megatakan bahwa ICE akan punah,” tambah Frans.
“Pasti akan terjadi nantinya titik keseimbangan antara EV dan ICE,” tutupnya.
Salah satu negara di Asia yang memiliki penjualan mobil listrik tertinggi adalah Cina.
Seperti dikutip dari berbagai sumber, pada tahun 2022 lalu penjualan mobil listrik di Cina berkembang pesat, bahkan proporsi penjualan mobil listrik mewakili 30 persen dari seluruh mobil yang terjual di tahun tersebut.
Kendati demikian, angka tersebut tentu masih lebih rendah dari penjualan mobil mesin konvensionalnya yang mencapai 70 persen porsinya,” (AW).