Hampir selalu tersiar kabar berita, jika kendaraan besar sebagai penyebab kecelakaan, merupakan akibat dari rem blong. Seolah ‘tak ada obatnya’ rem blong kembali terulang dan mengakibatkan kerugian besar bahkan nyawa pun melayang.
Tentunya hal ini yang menjadi tanda tanya besar. Kenapa kejadian ini selalu berulang-ulang?
“Pada beberapa kasus, saya pernah menanyakan pengemudi apa yang dirasakan saat melakukan pengereman,” ujar Senior Investigator KNKT, Ahmad Wildan dalam sebuah kesempatan.
Menurutnya pengemudi ada yang menyatakan rem sudah diinjak, namun roda masih tetap meluncur. “Ada yang bilang pedal rem sudah diinjak, tetapi roda tetap meluncur,” jelasnya. Nah, kemungkinan besar karena rem tidak mampu mengurangi putaran roda, disebabkan oleh brakefading atau kondisi yang melampaui kemampuan maksimal rem.
Kondisi kampas rem akan menjadi licin, akibat permukaan geseknya mengalami kenaikan suhu yang drastis, sehingga licin seperti kaca.
Kalau sudah begini, tentunya karena tidak ada gesekan antara kampas rem dan teromol, tentunya tak ada daya untuk mengurangi laju putaran roda.
Sangat disarankan, ketika jalan menurun untuk juga menggunakan secondary brake, yaitu baik yang memanfaatkan kompresi mesin maupun engine retarder (auxiliary brake).
Dengan begitu, beban kampas rem tidak akan terlalu berat, karena tidak terus-menerus digunakan untuk mengurangi laju kendaraan.