Apakah mobil listrik murni benar-benar akan menjadi satu-satunya masa depan industri otomotif? Bisa jadi, namun bisa juga sebaliknya. Di mana masih ada celah akan muncul berbagai inovasi baru untuk menciptakan mobil-mobil yang ramah lingkungan untuk masa depan.
Porsche saat ini menjadi pabrikan yang terjun dalam persaingan mobil listrik dengan produknya seperti Taycan. Namun pabrikan asal Jerman ini pun tetap mengeksplorasi kemungkinan teknologi alternatif lainnya.
Baca juga : Bos Toyota: Mobil Listrik Bukan Satu-Satunya Masa Depan
Dikutip dari motor1.com, Porsche diketahui telah berinvestasi dalam mencari alternatif baru yakni membuat bahan bakar sintetik. Dan nampaknya mereka mendapat kemajuan yang menggembirakan.
Brand ini pun mengumumkan bahwa mereka mulai memproduksi bahan bakar sintetik tersebt di pabrikny di Chili. Tetes pertama bahan eFuel ini pun diujicobakan pada unit 911.
Bahan bakar sintentik ini dibuat dari air dan karbon dioksida yang diproses dengan energi angin dengan menggunakan turbin angin. Hal inilah mengapa Punta Arenas yang merupakan daerah yang memiliki angin yang konstan selama 270 hari dalam setahun dipilih sebagai fasilitas pusat produksi eFuel.
Tahap percontohan, pabrik ini akan menghasilkan 130.000 liter atau 34.342 galon eFuel per tahun. Tentu figur angka ini masih terlampau kecil jika dibandingkan dengan angka konsumsi bahan bakar di Amerika Serikat yang mencapai 134,84 miliar galon pada 2021 saja.
Namun Porsche menjelaskan bahwa pada pertengahan dekade ini pihaknya memproyeksikan peningkatan kapasitas produksi hingga 55 juta liter per tahun. Kemudian akan meningkat menjadi 550 juta liter atau setara dengan 145 juga galon pada dua tahun setelahnya.
Selain membantu Porsche untuk mencapai target netralitas karbon pada 2030, eFuel ini pun merupakan ‘oase’ baru bagi kendaraan dengan mesin internal combustion yang saat mencapai jumlah 1,3 miliar mobil.
Michael Steiner, Anggota Dewan Eksekutif untuk Pengembangan dan Riset di Porsche, mengatakan bahwa eFuel "menawarkan pemilik mobil yang ada alternatif yang hampir netral karbon."
Dalam artian, mobil dengan mesin konvensional yang mulai dipojokkan sebagai biang polusi masih punya kesempatan untuk tetap eksis dan tetap ramah lingkungan.