Soal mobil nasional, Vietnam terbilang berani dan selangkah lebih maju dari Indonesia. Tak berlebihan karena Vietnam sudah merilis Vinfast yang terbilang mengejutkan di dunia otomotif global.
Di balik itu, ternyata ada sederet fakta menarik dari Vinfast yang dikemukakan Duta Besar RI untuk Vietnam, Denny Abdi. Sehingga menurut Denny, Vinfast bisa jadi pelajaran bagi industri otomotif Indonesia. Seperti apa?
Menurutnya Vinfast dibangun secara cukup nekat dan sedikit banyak memiliki kemiripan dengan Elon Musk dari Tesla. Karena pendirinya yakni Pham Nhat Vuong tidak memiliki latar belakang otomotif, namun justru konglomerat di sektor real estate.
"Konglomerat ini punya visi yang jauh ke depan untuk memajukan industri otomotif di sana. Visinya ke arah global bukan lagi regional atau nasional," kata Denny.
Hal ini ditunjukan Vinfast yang menggandeng universitas dan lembaga riset lokal di sana untuk pengembangannya. Serta menghasilkan sejumlah paten.
"Ketika nanti sudah memegang paten, maka paten itu dipegang oleh orang lokal. Bukan prinsipal seperti di sini. Ini harus dipelajari di Indonesia," katanya.
Selain itu, para pengusaha lokal Vietnam juga dibina menjadi supplier mereka. Sehingga ke depannya siap untuk menjadi global suplier Vinfast di pasar global.
Tak main-main, dana yang digelontorkan yakni mencapai 3,5 miliar USD membangun pabrik yang disebut sebagai terbesar nomor 3 di dunia. Selain itu, promosinya pun sangat gencar untuk menggaungkan nama Vinfast di seluruh dunia.
"Vinfast dirilis di ajang Paris Motor Show 2018, mereka tak mau tanggung. Selain itu, mempromosikan lewat selebriti dunia. Karena setelah incar pasar Vietnam, baru masuk ke Eropa dan Amerika, juga Australia," jelas Denny.
Selain itu, mobil mereka juga memakai platform dari Eropa, alih-alih menggunakan basis mobil Cina yang lebih murah. Itu pun menurut Denny ada alasannya, terutama dari gengsi konsumen mobil di Vietnam yang enggan memakai produk Cina.
"Mereka merangkul teknologi yang sudah maju. Penggunaan basis Eropa memunculkan national pride ketimbang memakai produk Cina. Bahkan Cina dianggap sebagai pesaing dari sisi otomotif."
Karena menyiapkan segala sesuatunya dengan 'wah' Vinfast juga dianggap nekat dalam hal biaya produksi. Makanya berbiaya tinggi dan di bisnis plan mereka, untuk lima tahun ke depan masih akan merugi.