Transjakarta diklaim menjadi layanan bus rapid transit dengan rute terpanjang di dunia. Salah satu penyumbang panjang rute tersebut adalah trayek non-koridor.
Pekan ini kami berkesempatan menguji integrasi dari layanan Transjakarta yang terintegrasi di rute koridor dan non-koridor. Rute yang dipilih dari Lebak Bulus ke Joglo, Jakarta Barat.
Kami memulai perjalanan dari zona parkir Park & Ride yang berlokasi 150 m dari halte TJ Lebak Bulus. Biaya parkirnya cukup Rp 2 ribu untuk motor dan Rp 5 ribu untuk mobil. Kami naik bus TJ koridor 8 yang menghubungkan Lebak Bulus-Harmoni. Ongkosnya Rp 3.500 dengan pembayaran lewat kartu e-money.
Untuk menyambung ke Joglo, awalnya kami kira bisa melanjutkan via halte Permata Hijau. Tapi ternyata salah. Karena untuk menyambung ke Joglo dengan bus non-koridor 8D, kami harus naik di halte Pasar Kebayoran. Sehingga kami berbalik arah kembali.
Memang, kalau turun di Permata Hijau dan menyambung trayek 8D bisa saja. Tapi Anda harus keluar halte dan membayar kembali ongkos bus tersebut. Selain harus bayar dua kali, lokasi shelter pemberhentiannya juga cukup jauh dari halte TJ Permata Hijau.
Setelah transit di Pasar Kebayoran, tak perlu waktu lama untuk naik ke bus 8D. Kami juga tak perlu membayar ongkosnya lagi.
Yang jadi catatan, kenyamanannya jauh berbeda. Jika sebelumnya di bus reguler kami menaiki Volvo B11R baru, maka jatah 8D yang kami naiki adalah Isuzu NQR lawas.
Interiornya sudah agak kumuh dan berumur. Namun secara fungsi, baik AC dan pintu otomatisnya tetap berfungsi baik. Kelebihannya, di layanan bus non-koridor ini masih menghadirkan petugas di dalam bus. Sehingga lebih mudah jika ingin mendapatkan informasi.
Kesimpulannya, dengan ongkos yang terjangkau, penumpang bus Transjakarta koridor tetap dapat melanjutkan perjalanan dengan layanan non-koridor tanpa kena biaya tambahan. Namun perlu diperhatikan lokasi transitnya. Apalagi kini di dalam bus TJ koridor sudab tidak tersedia petugas yang dapat memberikan informasi soal titik transit dan lainnya.