Salah satu yang menyumbang kenyamanan adalah tekanan angin yang pas pada ban. Pengaturan tekanan angin hanya mungkin dilakukan jika ban dapat diatur tekanan anginnya, seperti ban yang ada pada saat ini. Ban dengan tekanan angin yang dapat diatur disebut sebagai ban pneumatik.
Sebelumnya kemunculan ban pnenumatik, wujud ban hanya berupa bantalan karet padat saja yang jauh dari nyaman jika digunakan.
Kemunculan ide ban pnenumatik hadir pada 1845 di mana RW Thompson menggunakan karet berongga dari karet alam. Sabuk karet ini kemudian dibungkus dengan cangkang luar yang kuat dan elastis dari bahan kulit. Temuannya ini terbukti mampu memberikan kenyamanan dan mengurangi kebisingan di jalan. Temuannya dipasangkan pada kereta kuda yang ditunjukkan di London pada 1847.
Thompson mematenkan temuannya di Prancis pada 1846 dan lanjut 1847 dipatenkan di Amerika Serikat. Sayang penemuan brilian ini punya cacat yakni biaya produksi yang besar (dibanding karet padat), susah ditambal apabila terjadi kebocoran dan juga menimbulkan beban biaya tak terduga.
Ide Thompson ini kemudian disempurnakan oleh, John Boyd Dunlop pada 1888. Dokter hewan asal Skotlandia merancang ban dengan konsep ban dalam berisi angin mirip dengan ban masa kini. Awalnya ia merancang ban ini untuk sepeda sang anak, namun penemuannya semakin diminati setelah Dunlop memasangnya pada sepeda yang ikut balapan The Irish Cyclist dan berhasil menyabet juara. Selain kenyamanan, sepeda dengan ban racikan Dunlop berhasil mendapatkan traksi yang jauh lebih baik.
Satu hal yang membedakannya dengan Thompson, adalah Dunlop segera bergerak memproduksi ban secara masal dengan mendirikan pabrik ban pada 1889 di Brimingham dan berlanjut pada 1891 dengan dibangunnya markas besar Dunlop. Dengan demikian temuannya ini tidak ekslusif dan mudah didapatkan.
Tidak bisa disangkal bahwa konsep dasar ban modern yang kita temui saat ini semuanya berpangkal pada temuan Dunlop.